KUPANG (Lampost): Sedikitnya 8.000 warga yang menjadi korban puting beliung di enam kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, sampai kemarin masih mengungsi. Pengungsi bertahan di rumah tetangga dan keluarga yang masih utuh.
Ribuan pengungsi tersebut tersebar di enam kecamatan yang dilanda puting beliung pada 14—17 Maret lalu, yakni Borong, Elar, Kota Komba, Poco Ranaka, Lambaleda, dan Sambi Rampas.
Wakil Bupati Manggarai Timur Andreas Agas mengatakan warga yang mengungsi itu rumahnya porak-poranda dihantam puting beliung sehingga tidak bisa ditempati lagi. Bupati juga telah menetapkan masa darurat dari 21 Maret hingga 3 April 2012.
"Penanganan darurat bencana sampai saat ini belum selesai. Bencana puting beliung ini tidak hanya mengakibatkan kerugian materiel, tetapi juga korban jiwa," ujar Andreas.
Menurut Andreas, sampai Senin petang, bantuan beras baru menjangkau seluruh pengungsi di dua kecamatan yang paling parah dilanda puting beliung, yakni Borong dan Kota Komba.
Dua wilayah yang juga paling parah dilanda puting beliung ialah Kota Komba dan bagian selatan Elar. Petugas membagikan beras dan makanan siap saji kepada seluruh warga yang terkena bencana, yakni yang rumahnya paling rusak berat maupun yang hanya mengalami kerusakan ringan. Namun, petugas lainnya juga sedang membawa bantuan makanan kepada para korban di kecamatan lainnya.
"Kami bagikan beras 400 gram/orang/hari," katanya.
Puting beliung mengakibatkan dua orang tewas, yakni Lusia Sangut (80) dan Lusia Loji (50). Rumah penduduk yang rusak berat berjumlah 1.154 unit, rusak ringan 1.140 unit, dan 206 unit rusak sedang. Jumlah itu belum termasuk 487 ruangan SD dan SMP yang rusak berat.
Saat ini, sejumlah gedung sekolah yang rusak masih dimanfaatkan, tapi dikhawatirkan roboh. Sekolah lainnya yang rusak total, membuat proses belajar-mengajar dilakukan di gedung gereja yang masih utuh. "Kami butuh sekitar 80 tenda agar bisa dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah yang roboh."
Adapun persediaan di ibu kota kabupaten masih kurang. Jika satu keluarga mendapat bantuan 400 gram beras/hari, masih butuh sekitar 20 ribu ton lagi. "Tetapi, kami manfaatkan dulu beras yang ada untuk dibagikan kepada warga," ujarnya.
Warga juga menghadapi ancaman rawan pangan karena hampir seluruh tanaman padi roboh, belum termasuk tanaman perkebunan, seperti cengkeh, kopi, kakao, dan kemiri, yang belum terdata.
Di sisi lain, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi tengah menyiagakan pangan, terutama beras, dalam menghadapi bencana alam yang rawan terjadi pada musim cuaca ekstrem saat ini.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Provinsi Jambi A. Harris di Jambi mengatakan segala upaya untuk menghadapi, menghindari korban jiwa, dan meminimalisasi kerugian terus dilakukan.
"Khusus persediaan pangan, terutama beras, di tiap Dinas Sosial setempat sudah disiagakan sedikitnya lima ton beras," ujar Harris kemarin