BANJAR, (PRLM).- Puluhan hektar areal persawahan di Desa Siluman, Bebedahan dan sekitarnya di Kecamatran Purwaharja, Kota Banjar terendam banjir. Banjir yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Citapen serta naiknya permukaan air Rawa Onom, menyebabkan areal persawahan siap panen terancam puso.
Mengantisipasi kerugian lebih besar, petani terpaksa menanen areal persawahan yang terendam banjir, meskipun belum cukup umur. Untuk menanen tanaman padi yang terendam banijr, beberapa petani terpaksa naik perahu agar sampai di lokasi sawahnya. Sedangkan petani lainnya mengikat tanaman padi yang baru disabit, kemudian menariknya ke tempat yang aman.
Banjir yang menenggelamkan puluhan hektar sawah yang sebagian di antaranya sudah di panen tersebut berlangsung sejak hari Senin (26/3) hingga Rabu (28/3) tidak tampak tanda-tanda banjir segera surut. Hal itu disebabkan karena letak persawahan lebih rendah dibandingkan dengan permukaan Sungai Citapen serta naiknya permukaan Rawa Onom yang dipicu turunnya hujan lebat di sekitar tatar Galuh Ciamir maupun Kota Banjar.
Pantauan "PRLM" di Bebedahan, sejumlah petani tampak sibuk merontokkan gabah di bantaran Sungai Citapen. Akibat terendam banjir gabah terlihat kotor, selain itu daun padi yang biasanya berwarna kuning, juga sudah berubah menjadi kecolatan.
"Kalau tidak cepat dipanen nanti busuk, puso. Dua hari terendam baniir saja sudah kotor dan daun sudah coklat. Jika lebih lama lagi bakal hancur dan membusuk. Biasanya panen bisa selesai sehari, tapi sekarang dua hari baru selesai," ungkap Ny. Eha (65) di sela membersihkan gabah di bantara Sungai Citapen.
Petani lainnya Carlam juga mengatakan, banjir kali ini berlangsung sangat cepat dan lebih besar apabila dibandingkan dengan keadaan serupa pada tahun lalu. Akibatnya, areal persawahan yang terendam banjir dan terancam puso, lebih luas. Selain di Siluman baru, lokasi lain yang cukup parah terdapat di Bebedahan dan Purwaharja.
Untuk menyelamatkan tanaman yang siap panehn agar tidak busuk, petani memilih lebih awal panen.
"Kalau tidak segera dipanen pasti bakal puso. Selain itu juga ada beberapa areal persawahan yang baru berusia dua bulan, sehingga belum mengeluarkan malai. Banyak juga tanaman yang belum siap panen, bakal mati. Kalu lima hari saja banjir tidak surut, tanaman opetrsebut bakal mati," tuturnya.