Makasar- Kabupaten Pinrang dilanda banjir hebat kemarin akibat tanggul Sungai Saddang di Dusun Bakkoko, Desa Sikkuale, Kecamatan Cempa, jebol. Tanggul itu tak mampu menampung air yang merupakan "kiriman" dari sejumlah daerah di sekitarnya.
Banjir ini menerjang dan merendam ratusan hektar persawahan dan kebun milik warga. Ratusan rumah warga di lima desa juga terendam, yaitu Desa Tadangpalie, Sikkuale, Salipolo, Mangki, Mattunru Tunrue, Kecamatan Cempa. Sejauh ini tidak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir mencapai Rp 4,5 miliar.
Akibat banjir ini, sekitar 90 warga di Dusun Bakkoko terisolir. Ketinggian air di wilayah perkampungan tersebut mencapai sekitar satu meter lebih. Sekolah SD yang muridnya sementara ujian di hari yang ketiga, harus dipindahkan ke rumah orang tua siswa sekitar ratusan meter dari lokasi sekolah. Selain SD 43 Bakkoko yang terendam juga tempat ibadah (masjid).
Banjir di dusun tersebut mulai terjadi sejak pukul 09.00 wita Senin (3/3) dan hingga hari ini air terus naik hingga menggenangi persawahan, perkebunan dan perumawahan warga. Banjir ini terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Saddang.
Menurtu Lacodding, seorang warga setempat, jebolnya tanggul sungai Saddang dikabarkan karena adanya banjir kiriman dari beberapa kabupaten. “Ini merupakan ketiga kalinya terkena banjir dan terakhir ini dan merupakan yang terparah. Terakhir, banjir terjadi pada 1998 lalu,” katanya sambil mengaku, sawahnya seluas 2 hektar ikut terendam.
Menurutnya, sawahnya sudah tiga hari terendam air dan tidak dapat dipanen. “Tinggal beberapa hari lagi sawah saya akan dipenen, tapi akibat banjir ini sudah tidak bisa lagi diharapkan,” katanya.
Kepala Desa Sikkuale, Kecamatan Cempa, Mansur, kepada wartawan mengatakan, kejadian ini bermula sekitar pukul 09.00 wita, pada Senin 3 April lalu. Dengan kejadian ini, katanya, sekitar 90 warganya terisolasi. “Setelah melihat kondisi air semakin naik, kemungkinan akan dievakuasi,” katanya.
Dijelaskannya, banjir ini merendam ratusan hektar sawah dan kebun, dan diperkirakan kerugian akibat kejadian tersebut ditaksir mencapai Rp 4,5 milliar lebih. “Kerugian ini untuk sementara dan bisa saja bertambah melihat kondisi air terus naik dan sore hari air akan mencapai jalanan,” jelasnya.
Kepala Seksi Pengelolaan UPTD PSDA Wilayah Sungai Saddang Dinas PSDA Provinsi Sulsel, Safruddin, ditemui usai meninjau tanggul yang jebol mengatakan, untuk mengantisipasi makin melebarnya genangan air, maka di Salipolo 13 dibuatkan sekat-sekat. “Derasnya air melalui tanggul yang jebol saat ini sekitar 100 meter kubik per detiknya.” katanya.
Warga mulai mengungsi dengan membawa barang-barang berharga mereka karena air yang memasuki perkampungan sudah lebih dari satu meter. Jalan poros sepanjang ratusan meter tidak dapat dilalui. Lumpuh total. Bahkan warga khawatir akan makin panjangnya tanggul sungai Saddang yang jebol.