JAKARTA, KOMPAS.com - Rabu (2/5/2012) ini, tujuh negara Asia melalui perwakilannya saling berbagi ilmu mengenai cara membangun kota yang tahan terhadap bencana banjir. Sekitar 50 pembuat kebijakan dari Indonesia, Laos, Filipina, Vietnam, Thailand, China, dan Korea Selatan ikut serta dalam pembahasan mengenai manajemen risiko banjir dan ketahanan daerah perkotaan.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, mengatakan, pertemuan kali ini akan membahas langkah-langkah yang dapat diambil oleh sebuah kota untuk mengatasi risiko banjir di masa kini dan masa mendatang.
"Praktik-praktik tentang manajemen risiko banjir ini akan dibahas di acara ini," kata Stefan saat memberi sambutan pada acara lokakarya Manajemen Risiko Banjir, di Hotel Shangrilla, Jakarta, Rabu (2/5/2012).
Ia juga mengungkapkan bahwa pesatnya pertumbuhan di daerah perkotaan membuka kesempatan untuk menyertakan manajemen risiko banjir yang terintegrasi ke dalam tata kelola dan perencanaan perkotaan reguler.
"Manajemen risiko banjir yang terintegrasi ini dapat membuat pertumbuhan kota menjadi kekuatan positif untuk pembangunan," katanya.
Acara lokakarya ini dilakukan mengingat banjir dapat mengakibatkan kerugian besar bagi penduduk daerah perkotaan di negara berpendapatan rendah dan menengah di Asia, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan.