Jakarta - Tujuh puluh lima persen sekolah di Indonesia berada di area resiko rawan bencana. Mengatasi hal itu, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012, Rabu, (2/5), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan buku pedoman penerapan sekolah atau madrasah aman dari bencana.
"Pedoman tersebut sangat penting bagi peningkatan kualitas sekolah atau madrasah yang aman dari bencana. Sebab, kenyataannya 75% sekolah di Indonesia berada pada risiko sedang hingga tinggi dari bencana. Keseluruhan proses penyusunannya dikoordinasikan oleh BNPB," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purrwo Nugroho di Jakarta, Rabu (2/5).
Sekolah aman yaitu, mempunyai struktur bangunan dan lingkungan yang aman, maupun pengetahuan mengenai kebencanaan yang memadai, sehingga aman dari bencana.
Dituturkan Sutopo, proses penyusunan buku tersebut melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, perguruan tinggi, donor, dan lembaga non-pemerintah kunci di tingkat nasional, seperti Seknas Sekolah Aman, Kerlip, GFDRR World Bank, dan lainnya yang bergerak dalam bidang pendidikan kebencanaan, baik dalam dan luar negeri melalui berbagai seminar, diskusi kelompok terarah dan forum konsultasi lainnya.
"Buku pedoman tersebut telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala BNPB No 4 Tahun 2012," ujaarnya.
Buku pedoman itu lebih memudahkan penuntasan rehabilitasi sekolah yang rusak. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga akhir 2011 mencatat, 194.844 ruang kelas SD atau SDLB dan SMP atau SMPLB rusak berat. Adapun ruang kelas yang telah direhabilitasi, hingga tahun 2011 mencapai 21.500 ruang. Sisanya, 173.344 ruang kelas rusak berat akan direhabilitasi pada tahun anggaran 2012–2014.
Sedangkan data Kementerian Agama menunjukkan, dari 208.214 ruang kelas MI dan MTs, sebanyak 13.247 ruang kelas rusak berat dan 51.036 ruang kelas rusak ringan.
Implementasi pedoman ini dikaitkan dengan dana alokasi khusus (DAK) pendidikan tahun 2012 yang telah diterapkan di sekolah aman lebih dari 100 sekolah penerima DAK pendidikan yang tersebar pada 2 provinsi, yaitu Jawa Barat dan Sumatera Barat.
Dalam program percontohan ini, sekolah yang telah diidentifikasi akan mendapat bantuan teknis, berupa training, workshop dan pendampingan bagi komite sekolah, kepala sekolah, mandor, dan pemangku kepentingan lainnya.
Bantuan teknis itu merupakan bantuan hibah dari GFDRR World Bank bekerjasama dengan Seknas Sekolah Aman, Kemendikbud, BNPB, pemerintah daerah, sekolah terkait, dan lembaga lainnya.
Sedangkan untuk memacu implementasi di sekolah percontohan itu, pada Oktober 2012 akan dilaksanakan penilaian pencapaiannya. Sekolah percontohan terbaik akan mendapat penghargaan dalam bentuk pendampingan lanjutan.
Hasil percontohan sekolah aman ini akan dipresentasikan sebagai pembelajaran (lesson learn) tentang penerapan sekolah aman di Indonesia pada Konferensi Tingkat Menteri Asia dalam Pengurangan Risiko Bencana (AMCDRR) ke-5 yang akan dihadiri sekitar 65 negara Asia Pasifik pada bulan Oktober 2012 di Yogyakarta.
Selain itu, hasil pencontohan tersebut juga akan direplikasi hingga tuntas terhadap pelaksanaan rehabilitasi sekolah sampai tahun 2014. Untuk mewujudkannya, tentu memerlukan upaya keras.
"Upaya ini jelas makin membuktikan bahwa Indonesia menjadi negara yang memiliki komitmen tinggi melaksanakan pengurangan risiko bencana. Faktanya, Indonesia telah menjadi contoh bagi negara lain dalam impelementasi pengurangan risiko bencana di kawasan Asia Pasifik," pungkasnya.