Jakarta- Letak geografis Nusantara berada di titik cincin api (ring of fire). Hal itu berdampak pada rentannya berbagai bencana alam. Sehingga, diperlukan sumber daya manusia (SDM) andal dan terlatih dalam penanganannya. Salah satunya, Taruna Siaga Bencana.
Saat ini, Kementerian Sosial (Kemensos) memiliki SDM terlatih “Tarunga Siaga Bencana” (Tagana) aktif sebanyak 27 ribu personel dari total 33 ribu yang dilatih dan tersebar di 33 provinsi di Indonesia.
Selain Tagana, masyarakat diberikan pelatihan, disatukan, dan diperkuat keserasian sosial antarwarga.
Pasca pelatihan, diharapkan bisa memperkuat saling percaya, komunikasi santun dan mempererat sosial, serta menyadarkan terdapat 143 titik rawan konflik sosial.
“Para Tagana terlatih dalam evakuasi, dapur umum, operasional kendaraan lapangan dan penanganan pasca bencana, ” ungkap Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, selaku pembina apel Tagana di
Pusat Pelatihan Tagana di Sentul Bogor, Jawa Barat, Senin (24/3/2014).
Pendidikan akan kebencanaan merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, sebagian besar masyarakat tinggal di daerah yang rawan bencana. Untuk itu, pengetahuan dan pelatihan bisa menggugah agar waspada terhadap berbagai bencana.
Awalnya, sebelum ada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kemensos dalam tugas dan fungsinya hadir saat tanggap darurat. Kini, lebih pada pananganan tanggap darurat sebagai logistic supporting system.
“Kemensos lebih fokus pada pra bencana, pasca bencana melalui rekonstruksi sosial dan recovery sosial, ” kata Menteri.
Bagian terpenting dari kebencanaan adalah sistem peringatan dini. Dini early warning system. Latihan mengenal tanda-tanda awal bencana menjadi bagian dari kewaspadaan yang sudah diwariskan leluhur, seperti tentang cara mengolah alam dan bertindak arif agar tidak ada bencana.
“Dampak bencana terbesar ada saat bencana berlalu. Perbaikan sarana dan prasarana, pemulihan sosial trauma bencana hingga pelatihan tentang kebencanaan mutlak diperlukan, ” tandasnya.
Di Pusat Pelatihan Tagana tersebut, pengetahuan baru mengenal tanda-tanda awal kebencanaan sudah digabungkan dan dilatihkan pada masyarakat. Juga, berfungsi sebagai sarana pelatihan yang melibatkan berbagai komponen masyarakat.
Pusat Pelatihan Tagana juga melatih terhadap bencana sosial. Bencana sosial tidak kalah dahsyat dari bencana alam, sebab tidak hanya kehilangan harta benda, nyawa tetapi putusnya kohesivitas sosial antarwarga yang dapat memutus lebih besar ketahanan sosial bangsa.
Berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat atas nama kepemilikan tanah Ditjen Banjamsos dengan IMB No. 641/003.2.1/00808/BPT/2013, tanggal 30 Des 2013. Luas tanah 49.896,00 M2, luas bangunan gedung 4.276,60 M2, serta luas prasarana gedung 10.048,32 M2.
Pusat pelatihan tersebut, selain untuk pelatihan tagana juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial budaya dengan daya tampung 250 orang. Bangunan dilengkapi dengan gudang peralatan bencana, teras, mezanin, barak, toilet, ruang makan, rumah pompa, ruang kelas, aula, kantor pengelola, guest house, mess, serta rumah genset.
“Ada pun prasarana bangunan gedung, terdiri dari pagar, saluran drainase, jalan, parkir, jogging track, lapangan upacara, lapangan olah raga, kolam renang, halang rintang, ” tandasnya. @kiki_budi_hartawan.
sumber: LENSAINDONESIA.COM