PMPKFK- Sedikitnya belasan rumah di dusun Mamua, desa Hila, kecamatan Leihitu, pulau Ambon, hanyut akibat luapan banjir, menyusul hujan deras pada 30 Juli - 1 Agustus 2012 lalu. Material berupa bebatuan bercampur pasir sehingga rumah warga tidak kuat menahan luapan banjir akhirnya terhanyut. La Obi (71), warga dusun Mamua mengatakan, belasan rumah itu hanyut saat hujan deras pada 1 Agustus 2012. "Kami tidak bisa berbuat banyak menghadapi luapan banjir yang deras sehingga belasan rumah terhanyut," ujarnya.
Sedangkan lebih dari 100 unit rumah lainnya tertimbun material batuan dan pasir sehingga warga terpaksa mengungsi ke SMP PGRI Mamua maupun sanak keluarga di daerah aman.
La Obi menyesalkan perhatian pemerintah provinsi Maluku maupun kabupaten Maluku Tengah yang terkesan kurang memperhatikan warganya di Mamua karena musibah banjir ini terjadi sehubungan mengalirnya sedimen dari arah gunung akibat longsor membentuk "danau" pada 7 Juli 2006.
Longsoran gunung yang membentuk "danau" itu bobol 28 Mei - Juli 2011, 11 Febuari 2012 dan mengancam permukiman di Maluku akibat musim hujan sejak 1 Mei 2012 dengan puncanya 1 Agustus lalu. "Kami bingung karena belum ada kepastian soal pembangunan kembali rumah - rumah yang hanyut maupun rusak, menyusul Valai Sungai Wilayah Maluku hanya melakukan normalisasi sungai dan perkuatan tebing," tandas La Obi.
Dia sedih karena Masjid juga terancam, menyusul material bebatuan dan pasir telah menutupi dasar fasilitas beribadah tersebut. "Kami tidak bisa menunaikan shalat lima waktu lagi dengan baik di Masjid. Apalagi masih dalam Bulan Suci Ramadhan," tegas La Obi.
Tim dari Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU, Sabtu (11/8) , meninjau Dusun Mamua dan longsor gunung Ulak Hatu yang menutupi sungai Wai Ea di desa Negeri Lima, kecamatan Leihitu , pulau Ambon pada 13 Juli 2012. Kondisinya sangat berbahaya apalagi Pulau Ambon saat ini masih musim hujan, sehingga harus segera ditangani. Material gunung yang longsor menutupi sungai Wai Ela hingga kering dan airnya terus tertampung dan membentuk menyerupai danau atau waduk besar.
Material gunung Ulak Hatu yang longsor dan menutupi sungai itu ketinggiannya sekitar 200 meter, sedangkan lebarnya lebih dari 400 meter, sehingga air sungai tidak bisa keluar dan hanya tertampung membentuk waduk besar di bagian hulu.
sumber: http://www.republika.co.id