CIANJUR - Sebanyak 15 titik rawan bencana tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Cianjur. Hal ini terungkap dari hasil pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur.
"Dari 15 titik wilayah yang rawan bencana hasil dari pemetaan tersebut terbagi atas tiga kategori diantaranya daerah rawan longsor terdapat di 9 kecamatan, rawan gunung berapi di 3 kecamatan dan rawan tsunami di 3 kecamatan. Khusus untuk wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami yakni diwilayah Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang dan Cidaun," kata Kepala BPBD Cianjur Asep Achmad Suhara saat dihubungi "PRLM", Minggu (6/1/13).
Asep mengatakan untuk tiga wilayah rawan bencana tsunami, BPBD telah mengusulkan kepemerintah pusut untuk dibuat shelter dan diharapkan pada 2013 ada realisasinya. "Dengan adanya pemetaan ini, akan lebih mempermudah kami melakukan penanganan bila terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan. Paling tidak antisipasi lebih dini bisa dilakukan dengan adanya pemetaan yang dilakukan dengan berbagai kajian yang matang," ucapnya.
Pasalnya, bencana alam yang terjadi selama kurun waktu 2012 di Kabupaten terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Sepanjang tahun 2012 tercatat sebanyak 72 peristiwa bencana alam terjadi. Dari jumlah tersebut 6 diantaranya merupakan peristiwa angin puting beliung, banjir dan banjir bandang 4 kejadian serta kebakaran sekitar 49 kejadian," tuturnya.
Beberapa bencana yang terjadi mengakibatkan infrastruktur mengalami kerusakan. Untuk memperbaikinya diperlukan anggaran yang tidak sedikit. Asep mentargetkan pada tahun 2013, infrastruktur yang rusak akibat bencana alam itu 67 persennya bisa diperbaiki.
"Ada bantuan dari pemerintah pusat senilai Rp 6,4 miliar untuk perbaikan infrastruktur yang rusak. Nantinya pelaksanaanya tidak dilakukan oleh BPBD tapi melalui dinas teknis terkait. Kami hanya sebatas mengusulkan anggarannya saja," ujarnya.
Untuk menghadapi ancaman bencana pada 2013, BPBD pun mengimbau beberapa desa di wilayah Cianjur Selatan akan ancaman longsor. Pasalnya, ratusan rumah yang tersebar di beberapa desa dan kecamatan di Cianjur Selatan berada di tepi tebing perbukitan.
"Kami sudah melakukan sosialisai dan peringatan peningkatan kewaspadaan ke beberapa kecamatan dan paling banyak wilayah yang terdapat ancaman longsor memang wilayah Cianjur Selatan seperti Kec. Pagelaran, Sukanegara, Sindang Barang, Cidaun, dn Cempaka," ucapnya.
Asep mengatakan dari hasil pemetaan pun banyak bangunan yang dekat tebing sehingga kerap terjadi longsoran tanah menimpa rumah bahkan rumah terbawa longsor. Antisipasi untuk meminimalkan korban saat bencana longsor, kata Asep, bisa saja dilakukan relokasi pemukiman. Namun, hal ini menemui banyak kendala. Misalnya saja belum adanya anggaran untuk hal itu dan tidak mudah meminta warga disana untuk relokasi.
Sementara itu, Camat Sindagbarang, Ade Rustandi Fasya, mengatakan, selain faktor letak geografis dan topografi wilayah yang merupakan perbukitan, penyebab adanya bencana itu disebabkan banyak bangunan yang didirikan terlalu dekat sempadan sungai. “Banyak bangunan yang menjorok ke sempadan sungai. Saat air bah meluap, tentu langsung menghantam bangunan didekatnya,” ucapnya.
Lebih lanjut Ade mengatakan perlu dibentuk tim dari berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di Cianjur. Tujuannya, untuk mengkaji dan mengevaluasi bersama pembangunan di Cianjur. Selain itu juga memeriksa bangunan beserta syarat perizinannya.
“Kejadian longsor dan banjir akhir-akhir ini misalnya di Sindangbarang tak terlepas dari banyaknya bangunan yang berdekatan dengan sempadan sungai,” ujarnya.
sumber: http://www.pikiran-rakyat.com