Ponorogo: Kerugian akibat bencana alam berupa banjir, longsor, dan angin puting beliung di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dua bulan terakhir mencapai Rp2,7 miliar.
"Yang paling besar kerugian akibat bencana banjir yang terjadi pada Desember (2012) lalu. Bencana itu merusak berbagai infrastruktur, di antaranya rusaknya badan jalan, jebolnya tanggul sungai, dan putusnya sejumlah jembatan," kata Kabid Penanggulangan BencanaBadan Penanggulangan Bencana (BPBD) Ponorogo Setyo Budiono, Kamis (31/1).
Jumlah kerugian sebesar Rp2,7 miliar itu, ujarnya, belum termasuk kerugian akibat bencana angin puting beliung yang melanda Kecamatan Mlarak dan Ngebel yang menewaskan seorang warga dan dan merobohkan 18 rumah warga di Dusun Briket Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel. "Jika dikalkulasi dengan bencana angin puting beliung yang terjadi kemarin itu jumlah kerugian bisa mencapai Rp2,8 miliar lebih," katanya.
Ia menyebutkan, bencana banjir merusakkan puluhan hektare lahan pertanian di Kecamatan Balong, Sawoo, dan Bungkal, dengan kerugian Rp1,8 miliar. Sedangkan kerugian akibat bencana angin puting beliung yang merusak puluhan rumah di Kecamatan Pulung, Sampung, dan Balong mencapai Rp400 juta. Sementara itu, bencana longsor yang melanda
Kecamatan Ngrayun, Pulung, Sawoo, dan Slahung yang menyebabkan puluhan rumah rusak kerugiannya mencapai Rp500 juta.
"Dalam bencana ini, pemkab (pemerintah kabupaten) hanya bisa memberikan bantuan sembako. Bantuan uang belum dilakukan karena BPBD tidak memiliki anggaran sebesar itu. Kalau ada bantuan uang, itu sifatnya bantuan pribadi bupati dan jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar Rp2,5 juta hingga Rp5 juta," jelasnya.
Menurut Budiono, anggaran pemkab selama ini lebih difokuskan untuk pembelian bronjong guna mengantisipasi tanggul jebol dan membangun jembatan yang putus akibat diterjang banjir. Hal itu dilakukan karena sarana infrastruktur tersebut harus pulih.