Warga disekitar Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat diminta untuk menjauhi puncak gunung setidaknya di radius dua kilometer. Sebab, sejak Minggu pukul 12.00 WIB, status gunung tersebut naik dari waspada menjadi siaga. Bisa saja sewaktu-waktu gunung setinggi 2,665 meter itu meletus tiba-tiba.
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwp Nugroho mengatakan kalau obyek wisata juga ikut ditutup. Di gunung itu memang terdapat beberapa kawah yang terkenal indah, yakni Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk.
"Peningkatan tersebut membuat PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) merekomendasikan obyek wisata ditutup sementara," ujar Sutopo. Apalagi, sejak Minggu dini hari, dari pukul 00.00--06.00 WIB terjadi 60 kali gempa tektonik lokal dan 10 kali gempa vulkanik dangkal.
Meski status sudah meningkat, BNPB menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Hingga saat ini dia menyebut belum ada rencana untuk melakukan evakuasi terhadap warga di sekitar gunung. Namun dia memastikan kalau pihaknya dan unsur lain tetap melakukan pengawasan menyeluruh.
Saat ini, BNPB sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar dan Garut. Termasuk untuk menyesuaikan kembali rencana kontinjensi erupsi Gunung Papandayan. "Jika terjadi erupsi, maka akan ada 5 kecamatan yang terdampak langsung. Total ada 11.544 jiwa disana," imbuhnya.
Kelima kecamatan itu adalah Cisurupan (10 desa), Pamulihan (4 desa), Bayongbong (2 desa), Pakenjeng (2 desa), dan Sukaresmi (2 desa). Nah, wilayah yang termasuk dalam dua radius dua kilometer itu yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun.
Berdasar catatan, Gunung Papandayan pernah beberapa kali meletus. Yakni, pada 1772, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Salah satu letusan terbesar terjadi pada pada 1772 yang menghancurkan 40 desa dan menewaskan sekitar 2.951 jiwa. "Pada 13 Agustus 2011, gunung juga pernah dinaikkan statusnya menjadi siaga," jelasnya.
sumber: http://www.jpnn.com