MBAY--Gelombang pasang di Pantai Utara Kabupaten Nagekeo kembali terjadi Selasa (28/5/2013). Gelombang pasang kali ini menyapu sebagian besar pemukiman nelayan di Desa Marapokot dan Nangadhero. Sekitar 10 rumah panggung yang pantainya abrasi akibat gelombang pasang terpaksa dipindahkan ke tanah kosong yang letaknya sekitar 200 meter dari bibir pantai.
Daud, salah seorang warga Marapokot yang ditemui di lokasi bencana, Selasa (28/5/2013) siang mengatakan, gelombang pasang kali ini lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Padahal, belum masuk musim angin tenggara.
Meski gelombang pasang kali ini lebih besar, lanjut Daud, tidak menelan korban jiwa atau merusak perahu/kapal nelayan karena tidak disertai angin kencang. Namun rumah-rumah yang ada di bibir pantai terancam roboh karena pantai abrasi akibat terkikis ombak.
Daud mengatakan, sekitar 10 rumah warga yang ada di bibir pantai terpaksa dievakuasi warga ke tanah kosong yang letaknya sekitar 200 meter dari bibir pantai karena terancam roboh.
"Kami terpaksa mengambil kebijakan pindahkan sementara rumah-rumah itu ke lapangan/tanah kosong karena hampir roboh akibat abrasi. Kalau tanah ini suatu saat akan dimanfaatkan, baru mereka kami pindahkan kembali ke tempat semula,"kata Daud yang mengaku belum mendapat bantuan emergensi dari Pemkab Nagekeo.
Beberapa warga yang rumahnya berlantai semen, dan bertahan di rumah mereka mengatakan, yang mereka butuhkan saat ini makanan instant dan obat-obatan karena semua peralatan dapur terendam air laut. Obat-obatan mereka butuhkan untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang timbul akibat lingkungan mereka lembab atau basah.
Pantauan Pos Kupang, gelombang pasang yang merendam pemukiman warga Kampung Nelayan di Marapokot dan Nangedhero dimanfaatkan anak-anak untuk mandi dan bermain kapal-kapalan. Lingkungan pemukiman warga juga kumuh dan becek. Sebagian masih terendam air. Lokasi-lokasi yang agak rendah membentuk kolam-kolam kecil.
Warga mengaku, sudah ada petugas dari Dinas Sosial yang turun ke lokasi bencana. Namun hanya sebatas mendata, belum memberikan bantuan apa pun. Aparat Desa Nangadhero juga tidak terlihat di lokasi.
Kepala Desa Nangadhero sebagaimana informasi dari warga, sedang berada di Bajawa, dipanggil Bulog. Sementara Kantor Desa Nangadhero, sekitar pukul 15.00 Wita sudah tidak ada aktivitas. Karena itu, kepastian data kerusakan belum bisa diperoleh. *
Nelayan Rugi Ratusan Juta
GELOMBANG pasang yang terjadi sejak Minggu (26/5/2013) menyebabkan para nelayan di Desa Marapokot dan Nangadhero tidak melaut. Akibatnya, nelayan harus kehilangan pendapatan ratusan juta rupiah.
Daud yang juga nelayan di tempat itu, mengatakan, gelombang pasang memang baru terjadi Minggu siang. Namun para nelayan sudah berhenti melaut sejak seminggu yang lalu karena cuaca kurang mendukung. Nelayan memutuskan untuk menepikan perahu-perahu mereka ke bibir pantai khawatir diterpa gelombang.
"Selama seminggu, kami duduk-duduk saja. Tidak turun ke laut karea cuaca buruk. Sekarang ini sulit dapat ikan segar karena nelayan tidak ada yang melaut. Kami berharap situasi ini cepat berlalu," harap Daud.
Gelombang pasang pada Minggu (26/5/2013 ) dan Senin (27/5/2013), merendam 21 rumah di Desa Marapokot dan 22 rumah di Desa Nangadhero. Gelombang pasang kali merupakan yang terbesar selama sepuluh tahun terakhir. Gelombang pasang terjadi antara pukul 12.00 Wita sampai pukul 13.00 Wita.
Ahmat Tene, warga Desa Marapokot yang ditemui Senin malam mengatakan, gelombang pasang di daerah itu terjadi hampir setiap tahun. Namun gelombang pasang kali ini, lanjut Ahmad Tene, merupakan yang terbesar. "Setiap tahun air laut naik. Tetapi tidak sampai ke pemukiman. Kali ini paling besar karena sampai ke pemukiman warga dan merendam rumah-rumah penduduk. Air laut mulai naik hari Minggu pukul 12.00 siang Dan pada Senin (27/5/2013) naik lagi pukul 13.00 wita. Dari posisi bulan di langit, kita perkirakan puncaknya besok (Selasa 28/5/2013). Kita tidak tahu ini gejala apa," kata Tene. *
sumber: TRIBUNNEWS.COM