Jakarta - Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengatakan Gubernur DKI Joko Widodo menyiapkan 10 langkah strategis menghadapi musim hujan. Anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 500 miliar.
Di bawah ini 10 langkah strategis Jokowi dalam mengantisipasi banjir Jakarta:
1. Persiapan rumah pompaMenurut Manggas, ada 135 rumah pompa di Jakarta dan yang utama ada 73 rumah pompa. Sedangkan secara keseluruhan ada 500 unit pompa yang beroperasi, tapi 70 unit masih dalam perbaikan.
Pompa, Manggas melanjutkan, memiliki posisi potensial dalam pengendalian banjir, terutama untuk menyedot genangan sehingga meminimalisir terjadinya banjir. Kebanyakan pompa ini tersebar di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
2. Pemasangan kamera pengawas alias CCTV di rumah pompa
Tiap rumah pompa akan dipasangi empat hingga delapan unit CCTV. Tujuannya untuk memudahkan pengawasan ketinggian air. Bahkan, Manggas melanjutkan, CCTV ini terkoneksi ke ruangan kantor Jokowi.
3. Revitalisasi pintu air
Dinas mengeruk sampah di pintu air seperti Pintu Air Duri, Kamal Muara, Kapuk Muara, Kapuk Poglar, Pesing, Manggarai, dan Tomang. Dalam sehari sekitar 70 ton sampah yang nyangkut di pintu air.
Pintu air di Jakarta berperan penting mengendalikan air kiriman dari Bogor. Bila kondisinya tidak baik, dapat dipastikan air kiriman akan menggenangi permukiman di sepanjang aliran Sungai Ciliwung.
4. Drainase
Manggas mengatakan Dinas mulai melakukan pengecekan gorong-gorong yang ada, termasuk got-got kecil di komplek perumahan. Terutama jaringan gorong-gorong dalam kota.
5. Pengerukan waduk
Dinas Pekerjaan Umum pun mengeruk 12 waduk yang ada di Jakarta. Saat ini, Manggas menjelaskan, kedalaman rata-rata waduk tersebut hanya dua meter karena banyak endapan. Waduk juga banyak ditumbuhi eceng gondok.
Kedua belas waduk tersebut adalah Waduk Bojong, Waduk Sunter, Waduk Teluk Gong, Waduk Situ Lembang, Waduk Melati, Waduk Rawa Babon, Waduk Cengkareng, Waduk Grogol, Waduk Pegangsaan II, dan Waduk Bujana Tirta, Waduk Ria-Rio, dan Waduk Tomang Barat. Rencananya waduk-waduk tersebut selesai dinormalisasi akhir tahun ini.
6. Pengerukan kali besar
Selain pompa dan waduk, Dinas juga mulai mengeruk kali, baik yang besar maupun kecil, di Jakarta. Kali utama yang dikeruk di antaranya Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Grogol, Kali Baru Barat, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Untuk Kali Ciliwung penanganan ada di bawah Kementerian Pekerjaan Umun.
7. Pengerukan kali submakro
Menurut Manggas, kali-kali kecil seperti Kali Palmerah dan Kali Lontar pun mulai dikeruk. Tujuannya, mengurangi beban di kali-kali utama.
8. Refungsi kali
DKI mulai merapikan pinggiran kali, seperti membangun jalan inspeksi kemudian menertibkan bangunan liar dan penghijauan.
9. Membangun sumur resapan
Dalam skala lebih kecil, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mulai membuat 1.958 sumur resapan. Kepala Dinas ESDM Andi Baso mengatakan sumur resapan memang tidak terlalu berpengaruh saat banjir. Saat ini 30 persen sudah selesai dibangun.
"Hanya mengurangi genangan air saja," katanya. Sehingga, pembuatan sumur resapan difokuskan pada daerah-daerah yang setiap banjir menyebabkan genangan. Seperti di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Jalan Matraman, Jakarta Timur, permukiman elite di Menteng, Jakarta Pusat dan sebagainya.
10. Satgas tanggap banjir
Membentuk satuan tugas tanggap banjir. "Satgas ini ada di tiap kecamatan," ujarnya. Satgas tersebut bertugas melaporkan bahaya dini banjir, juga menyiapkan pengungsian.
Di DKI Jakarta dari 44 Kecamatan yang ada, 32 kecamatan (72,7 persen) di antaranya rawan banjir atau ada 200 titik. Dari 267 kelurahan yang ada, 93 kelurahan (34,8 persen) merupakan wilayah rawan banjir dan genangan. Banjir di Jakarta mengancam sekitar 983.399 jiwa atau 10,2 persen dari total penduduk Jakarta, 9.588.198 jiwa.
Tercatat warga di Jakarta Utara terbanyak terkena imbas banjir, yakni 500.918 jiwa (51 persen). Kemudian berturut-turut disusul Jakarta Barat 187.707 jiwa (19 persen), Jakarta Timur 167.753 jiwa (17 persen), Jakarta Pusat 64.633 jiwa (7 persen) dan Jakarta Selatan 62.388 jiwa (6 persen).
sumber: tempo