Bojonegoro - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga III dalam menghadapi banjir Bengawan Solo di daerah hilir Jatim, mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik.
"Kami minta semua daerah di Jatim yang dilalui Bengawan Solo semakin meningkatkan kewaspadaan, sebab banjir masuk siaga III-merah," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Rabu.
Ia menjelaskan kewaspadaan yang harus dihadapi, di antaranya, pengamanan tanggul Bengawan Solo di Kecamatan Kanor, yang bocor mengeluarkan air cukup besar, juga tanggul Bengawan Solo di Desa Banjararum, Kecamatan Rengel, Tuban, yang pernah rusak.
"Kami dengan jajaran pemkab hari ini akan menangani bocornya tanggul di Kecamatan Kanor, sebab kalau dibiarkan bisa jebol," katanya, menegaskan.
Ia juga menjelaskan pihaknya melakukan pemantauan sejumlah tanggul kritis lainnya yang berpotensi jebol di sejumlah titik di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan.
"Kami sudah mempersiapkan lebih dari 11.000 karung untuk mengantisipasi tanggul kritis. Kalau memang masih kurang akan meminta bantuan Dinas Pengairan Jatim dan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah," jelasnya.
Sesuai data di UPT Bengawan Solo, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro terus naik mencapai 15,16 meter (siaga III-merah), Rabu pukul 05.00 WIB.
Namun, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro dalam waktu bersamaan turun menjadi 27,43 meter.
Sementara itu, di daerah hilirnya di Babat ketinggian air masih naik menjadi 8,43 meter (siaga III), Plangwot, Kecamatan Laren 5,97 meter, Karanggengeneng 4,54 meter dan Kuro 2,34 meter, semuanya di Lamongan.
"Air Bengawan Solo di daerah hilir Jatim masih akan terus naik dalam beberapa jam ini," jelas seorang petugas piket di posko UPT Pengelolaan Bengawan Solo Yono.
Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, genangan banjir luapan Bengawan Solo di daerah setempat merendam 143 desa yang tersebar di 15 kecamatan, di antaranya, Kecamatan Trucuk, Kalitidu, Dander, Kota, Kapas, Balen, Kanor dan Baureno.
Warga yang terkena dampak banjir sebanyak 8.482 kepala keluarga, di antaranya, 1.675 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam areal tanaman padi seluas 4.860 hektare dan palawija 661 hektare dengan perkiraan kerugian mencapai Rp6,327 miliar lebih.
sumber: antara