Karo - Pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara (Sumut), jumlahnya terus bertambah dan sudah berbulan-bulan di pengungsian. Mereka meminta pemerintah pusat dan provinsi menetapkan letusan gunung dijadikan sebagai bencana nasional.
"Jangan menetapkan bencana nasional berdasarkan jumlah korban yang tewas semata. Letusan gunung merapi ini sudah melumpuhkan perekonomian masyarakat, utamanya masyarakat yang mengungsi," ujar seorang pengungsi di Kabanjahe, Lisa beru Tarigan (40), Jumat (17/1).
Lisa mengatakan, penanganan pengungsi oleh pemerintah kabupaten setempat, belum maksimal. Sebab, masih banyak pengungsi yang kesulitan untuk mendapatkan pangan, khususnya saat tengah malam. Bahkan, sarana air bersih maupun obat-obatan, masih belum mencukupi.
"Jika ini dijadikan bencana nasional tentunya akan mengundang lembaga donor untuk turun ke masyarakat. Lembaga donor mempunyai target dalam membantu masyarakat, termasuk dalam membangun kembali desa-desa yang sudah hancur lebur akibat abu vulkanik tersebut," katanya.
Pengungsi lainnya, Frengky Sembiring (50) menyampaikan, tidak sedikit persoalan yang dihadapi masyarakat selama aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi. Masyakarat sudah kehilangan mata pencarian dan rugi total karena kerusakan lahan pertanian.
"Jauh hari sebelum terjadi erupsi gunung merapi ini, masyarakat petani banyak meminjam dana dari bank. Saat ini, pinjaman itu tidak bisa dibayar meski secara mencicil. Soalnya, tidak ada lagi hasil dari pertanian. Lahan pertanian sudah puso. Untuk buat usaha lain juga butuh modal," jelasnya.
Menurutnya, butuh waktu yang sangat lama atas kesuburan lahan pertanian dari erupsi gunung merapi tersebut. Ini pun tidak bisa diharapkan. Sebab sampai saat ini, Gunung Sinabung masih sering erupsi. Bahkan, letusan gunung itu justru semakin sering terjadi, dan merubuhkan puluhan rumah.
"Jika kredit bank bisa diputihkan, penetapan bencana nasional oleh pemerintah juga akan mendatangkan lembaga pendonor untuk menyumbangkan berbagai jenis bibit tanaman pangan, holtikultura maupun lainnya. Masyarakat sangat terbantu jika bencana ini dijadikan bencana nasional," sebutnya.
Berdasarkan data yang diperoleh Suara Pembaruan dari Media Center Posko Tanggap Darurat Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabanjahe, jumlah pengungsi pun bertambah menjadi 26.516 jiwa. Jumalah itu yang meliputi 8.161 kepala keluarga (KK).
Letusan dan gempa akibat aktivitas Gunung Sinabung itu terjadi selama dalam sepekan belakangan ini. Jumlah pengungsi itu dipastikan bertambah banyak jika aktivitas gunung yang pernah meletus 800 tahun lalu itu semakin tinggi. Masyarakat diminta mewaspadai ancaman letusan itu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi. Pemukiman penduduk radius 5 kilometer (Km) sampai dengan 7 Km ke arah Tenggara dan Selatan disarankan pemerintah supaya dikosongkan.
"Awan panas yang dluncurkan Gunung Sinabung sangat tinggi, dan menjadi ancaman buat masyarakat di wilayah Tenggara dan Selatan. Guguran awan panas itu pun masih sering terjadi. Kondisi ini yang membuat jumlah pengungsi mengalami peningkatan. Seluruh pengungsi itu ditampung di 39 titik pengungsian," katanya.
Saat ini, masyarakat berada di lokasi pengungsian di Los Tiga Binanga, GBKP Payung dan Masjid Agung Kabanjahe, Asrama Kodim Kabanjahe, Jambur Natolu, Islamic Center, Los Tanjung Mbelang, Los Tanjung Pulo dan lainnya.
Para pengungsi tersebut berasal dari Desa Sukameriah, Desa Guru Kinayan, Desa Selandi Lama, Desa Kuta Rakyat dan Desa Sigaranggarang di Kecamatan Payung, Desa Berastepu, Desa Sibintun, Desa Gamber dan Desa Kuta Tengah, Desa Kuta Mbelin.
Tidak sedikit pengungsi dari Desa Kebayaken, Desa Kuta Tonggal dan Desa Sukanalu di Kecamatan Simpang Empat. Lokasi desa itu berada sekitar 5 kilometer (Km) dari Gunung Sinabung. Jumlah pengungsi itu akan bertambah jika aktivitas gunung semakin tinggi.