JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kaget setelah mengetahui bahwa kawasan Medan Merdeka kembali terendam banjir pada Rabu (5/2/2014) kemarin.
Basuki mengira genangan di kawasan itu akan cepat surut saat hujan reda. Namun, perkiraan itu meleset. Kemarin, banjir tetap menggenangi Jalan Medan Merdeka Timur, Medan Merdeka Barat, dan Medan Merdeka Utara depan Istana Merdeka. Genangan itu juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. "Makanya, memang kita kecolongan," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Menurut Basuki, air hujan seharusnya tidak sampai menggenangi kawasan penting pemerintahan tersebut. Basuki menilai warga tidak menaati peraturan sehingga banyak yang membuang sampah sembarangan, baik ke dalam drainase maupun saluran penghubung lain di sekitar kawasan tersebut.
Tak hanya itu, galian utilitas yang dibuat oleh swasta maupun lembaga, seperti PLN, PAM, dan Telkom, membuat genangan semakin bertambah. Menurut Basuki, instansi-instansi itu hanya menggali, tetapi tidak menutup dan menyelesaikan kembali pekerjaannya dengan baik. Kabel galian yang tidak teratur di dalam tanah itu menyebabkan saluran air menjadi mampet.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membentuk satgas Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Kebersihan DKI Jakarta untuk mendata jalan-jalan mana saja yang dipenuhi sampah. Ini dilakukan agar sampah itu segera diangkut dan tidak menghambat saluran air.
Satgas itu juga bertugas membersihkan saluran air di lima wilayah Ibu Kota, khususnya saluran air di bawah badan jalan atau jalur pedestrian. Satgas air ini sudah dibentuk sejak November 2013 dengan tugas memantau lokasi genangan air di seluruh wilayah Jakarta. Mereka juga harus melaporkan ke dinas terkait.
Basuki mengatakan, para pelanggar Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan warga yang membuang sampah sembarangan dapat ditindak dengan denda yang berlaku. Jika tidak, maka banjir akan terus terjadi di Jakarta.
"Pasar kaget jadi penyebab utama banjir karena mereka (pedagang) biasanya buang sampah sayurnya sembarangan. Kalau tidak ditindak, banjir, kalau ditindak dituding pelanggar HAM," kata dia.
Basuki mengatakan, penyebab banjirnya kawasan dekat Istana Negara terjadi karena hujan lokal, bukan karena pintu air Manggarai yang dibuka atau banjir kiriman dari daerah hulu. Berdasarkan pantauan kamera CCTV, air di pintu air Cideng dalam keadaan rendah dan tidak berpotensi banjir. Namun, ternyata saluran penghubung dari Jalan Abdul Muis menuju Cideng mampet hingga menyebabkan air meluap dan banjir.
sumber:KOMPAS.com