
PEMALANG - Peningkatan status Gunung Slamet dari aktif normal menjadi waspada, membuat semua pihak di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ikut waspada. Beragam antisipasi agar tidak ada korban jiwa bila sewaktu-waktu gunung meletus pun dilakukan oleh pemerintah setempat bersama unsur muspida.
Pagi ini, sejumlah personel TNI bersama Danramil Pulosari, Kapten Yulianto, akan mengunjungi enam desa di lereng gunung untuk melakukan sosialisasi bencana. Dalam sosialisasi itu, akan dijelaskan kepada warga mengenai kondisi gunung dan jalur evakuasi serta sejumlah imbauan.
"Sosialisasi dilakukan untuk menenangkan warga agar tidak panik, sekaligus mengatur langkah bila terjadi keadaan darurat. Kami siapkan jalur evakuasi," ujar Yulianto di Pulosari, Rabu (12/3/2014).
Enam desa yang dimaksud, yakni Gambuhan dengan jumlah penduduk 7.973 jiwa, Jurangmangu 1.261 jiwa, Gunungsari 4.248 jiwa, Penakir 5.367 jiwa, Clekathakan 6.381 jiwa, dan Batursari 3.166 jiwa. Desa-desa itu berada di sebelah utara dengan jarak sekira enam sampai tujuh kilometer dari puncak gunung.
Seperti diberitakan, PVMBG menaikkan status Gunungapi Slamet pada Senin 10 Maret 2014 sekira pukul 21.00 WIB, setelah terdektesi adanya peningkatan aktivitas sejak siang. Gunung setinggi 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu berdiri di lima kabupaten yakni Banyumas, Pemalang, Purbalingga, Tegal, dan Brebes.
Pemkab Banyumas juga melakukan langkah antisipasi dengan menggelar rapat koordinasi penanggulangan bencana yang diikuti seluruh kepala desa beserta unsur muspida. Dalam rapat tersebut semua kepala desa diimbau untuk menenangkan warganya. Selain itu, mereka juga diminta membujuk warga agar mau dievakuasi jika sewaktu-waktu gunung meletus.
Ada tiga wilayah di Banyumas yang dianggap rawan berdampak letusan Gunungapi Slamet, yakni Kecamatan Sumbang, Baturaden, dan Kecamatan Banteng. Tiga wilayah itu, berada di sebelah selatan gunung dengan jarak lima sampai delapan kilometer dari puncak.
sumber: okezone