Jakarta - Indonesia menjadi rumah gempa bumi dan tsunami terdahsyat dalam satu abad terakhir. Namun demikian, mitigasi untuk mengurangi jumlah korban bencana masih juga belum dianggap penting.
Kepala Badan Geologi, Surono, dalam seminar nasional Jaya Giri Jaya Bahari yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Senin (22/9/2014), menyatakan bahwa di antara 10 gempa terdahsyat yang pernah melanda dunia sejak tahun 1900, empat diantaranya terjadi di Indonesia.
Gempa itu adalah gempa Laut Banda 1 Februari 1938 bermagnitudo 8,5, Aceh 26 Desember 2004 bermagnitudo 9,1, Sumatera Utara 28 Maret 2007 bermagnitudo 8,6, dan Sumatera Barat 12 September 2007 bermagnitudo 8,5.
Sementara, dalam 10 tahun terakhir, empat gempa besar Indonesia masuk dalam daftar 10 gempa paling mematikan. Dua diantaranya adalah gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 yang menewaskan 310.000 jiwa dan gempa yogyakarta tahun 2006 yang membunuh 5.749 jiwa.
Pengalaman Indonesia menghadapi sejumlah gempa besar dan mematikan seharusnya menjadi bahan pelajaran. Namun ternyata, menurut Surono, mitigasi bencana masih belum menjadi fokus.
"Mitigasi belum dianggap sebagai modal," kata Surono. Contoh nyata, pembangunan yang memerhatikan risiko bencana belum diperhatikan. Masyarakat juga masih enggan membangun rumah tahan gempa.
Peneliti tsunami dari Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT0, Widjo Kongko, mengatakan, bukti mitigasi belum menjadi fokus adalah pada kasus rencana pembangunan bandara baru di Kulon Progo, Yogyakarta.
Berdasarkan kajian Widjo, bandara baru tersebut berisiko tsunami. Rekomendasi sudah diberikan, namun belum menuai respon baik. "Katanya nanti akan dibangun tanggul untuk mengatasi. padahal tanggul itu tingginya berapa. Kena tsunami lewat," kata Widjo.
Terletak di kawasan geologi aktif, Surono dan Widjo mengatakan bahwa Indonesia mesti mempersiapkan diri menghadapi bencana geologi dan vulkanologi. Widjo mengatakan, untuk mitigasi perlu mengenali karakteristik ancaman bencana yang unik di setiap daerah, adopsi kearifan lokal, penguatan kapasitas dan sinergitas stakeholders.
sumber: KOMPAS.com