sumber JPNN.com
MANOKWARI- Ibukota Kabupaten Teluk Wondama, Wasior hancur luluh lantah diterjang banjir bandang sekitar pukul 08.30 WIT, Senin (4/10). Dikabarkan, sedikitnya 11 orang meninggal dunia serta ratusan bangunan seperti rumah warga, Mapolres, hotel, hantor Pemerintahan, Puskemas serta gedung sekolah hancur tersapu air yang bercampur lumpur, batu dan kayu.
Bupati Teluk Wondama,Drs Albert Torey,MM kepada wartawan di Bandara Rendani menyatakan,musibah banjir bandang ini telah menghancurkan Wasior. Belasan orang meninggal dunia. ‘’Ada banyak korban. Tak terhitung berapa rumah warga,kantor pemerintah yang ikut hancur,’’ ujarnya saat berangkat ke Wasior dengan menggunakan helikopter kemarin.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Barat Decky Ampnir mengungkapkan, banjir bandang terjadi setelah kota Wasior sejak Minggu sore (3/10) lalu hingga dini hari kemarin diguyur hujan deras. Kondisi ini mengakibatkan 3 kali besar di Wasior yakni Kali Sanduai, Kali Anggris dan Kali Manggurai meluap.
Setelah jembatan yang menghubungkan Wasior dengan Manggurai terputus, seketika air yang meluap bercampur dengan lumpur menghantam ratusan rumah warga. Termasuk menghantam deretan rumah pejabat Pemkab Wondama.
Luapan banjir bandang membuat warga pun tidak bisa berbuat banyak selain langsung berlarian menyelematkan diri ke perbukitan.Kabupaten Teluk Wondama yang wilayahnya hampir sebagian besar berada di dataran rendah mengakibatkan ratusan rumah warga rata disapu banjir bandang. Lima daerah terparah yakni Wasior, Waskam, Rado, Manggurai dan Sanduai.
Yang lebih memprihatinkan, hingga tadi malam dilaporkan sekitar 100 orang lebih warga Wasior yang terperangkap banjir bandang masih dalam pencarian. “Banjir bandang terjadi karena 3 kali besar meluap. Jadi data sementara yang ada pada kami 11 orang meninggal,” ujar Decky Ampnir.
Data yang diperoleh Radar Sorong (grup JPNN), korban meninggal yang telah terindentifikasi diantaranya, Anto Reba, Eva Handayani Take (3 tahun), Alicya Putri Merauje (7), Eliso Way (3) Yuneni Wiay (3) dan Yola Kumendong serta seorang pengawai bandara Wasior yang namanya juga belum diketahui. Sedangkan korban lainnya sementara disemayamkan di kediaman Bupati Teluk Wondama dan sisanya di masjid serta ruang tunggu bandara Wasior.
Sementara dari 62 korban luka berat, 4 korban dievakuasi ke Manokwari menggunakan pesawat Helkopter Susi Air dan 3 korban lainnya dievakuasi ke Nabire. Lanjut dikatakan Kepala Pelaksana BPPD Provinsi Papua Barat Decky Ampnir, karena penerbangan terbatas, puluhan korban luka-luka lainnya sampai sore kemarin masih berada di Bandara Wasior menunggu penerbangan.
Adapun 4 korban luka-luka yang dievakuasi ke RSUD Manokwari yakni Parno (40) mengalami luka pada mata dan kepala, Iwayan Juliyanto (24) luka robek di kepala, Antok (30) trauma kepala sedangkan istrinya Winarsih (30) patah tulang belakang dan robek di bagian kepala.
Ira,seorang warga Wasior yang dihubungi Radar Sorong,kemarin menyatakan,kondisi kota hancur,penuh dengan lumpur. Sebagian warga masih mencari-cari sanak keluarganya yang belum ditemukan. Sebagian lagi trauma setelah menyaksikan banjir bandang menghancurkan rumah mereka. ‘’Sampai sekarang masih dilakukan pencarian. Air datang begitu tiba-tiba,sehingga banyak tak menyalamatkan diri,’’ ujar Ira dibalik telepon genggamnya.
Terjangan banjir bandang itu tidak hanya melumpuhkan kota Wasior. Diperkirakan jumlah korban meninggal masih terus bertambah karena proses evakuasi mengalami kendala. Hal ini disebabkan terputusnya jembatan Manggurai yang menghubungkan pusat pemerintahan dengan pusat kota Wasior yang jaraknya sekitar 5 Km.
Kendati air bercampur lumpur yang awalnya hampir mencampai atap rumah telah surut, tapi warga yang bermukim di kawasan kota Wasior masih khawatir terjadi banjir susulan. Pasalnya, wilayah Teluk Wondama masih terus diguyur hujan sehingga air masih terus meluap di kali Angris dan Kiot yang letaknya persis di tengah Kota Wasior.
Ira yang rumahnya ikut tergenang air bandang menyatakan, hujan deras tak henti-hentinya mulai mengguyur Wasior pukul 01.00 WIT. Hingga akhirnya,sekitar pukul 08.30 WIT di saat warga sedang beraktivitas,air bah bercampur lumpur serta batang pohon dan batu datang dan menghancurkan rumah,kantor serta warga. ‘’Sebelumnya ada bunyi gemuruh dari atas gunung,tiba-tiba air bercampur lumpur,batang pohon dan batu-batu menghancurkan perkampungan,’’ ujarnya lagi.
Ia menyatakan banjir bandang itu tiba-tiba saja datang dengan ketinggian hingga rata rumah. Selain menimbulkan korban jiwa,rumah dan fasilitas umum,sebagian besar harga korban tak terselamatkan. ‘’Mobil saja terbawa arus air, ” tuturnya.
Par akorban yang rumahnya hancur kini ditampung di sejumlah tempat mesjid dan Gereja. Hubungan telepon juga sulit dan dipastikan Senin malam, Wasior gelap gulita karena jaringan listrik PLN ikut rusakUntung saja sekitar pukul 14.15 WIT kemarin debit air dilaporkan sudah surut dan hingga sore kemarin ketinggian air sisa 60 Cm.
Secara terpisah, Komandan Korem 171/PVT Kol Inf Heronimus Guru yang dikonfirmasi membenarkan kejadian banjir bandang di Wasior Kabupaten Teluk Wondama. Hanya saja data korban tewas yang dirilis Danrem berjumlah 8 orang tewas dan kurang lebih 150 orang masih dalam pencarian. “Termasuk satu anggota kita juga masih belum diketahui kabarnya,” terang Darem 171/PVT Koloenl Inf Heronimus Guru yang ditemui Radar Sorong usai upacara Korps Raport kenikan pangkat Perwira di Aula Makorem 171/PVT Senin (4/10) kemarin.
Untuk membantu korban banjir di Wasior, Danrem mengatakan telah mengerahkan anggota Kodim 1703/Manokwari untuk ke lokasi banjir guna membantu dan mengevakuasi korban bersama tim relawan dan tim Pemrov Papua Barat lainnya.
“Dandim Manokwari sudah turun ke sana (Wasior,red) bersama anggota untuk membantu warga dan mengevakusi semaksimal mungkin bersama-sama dengan tim penyelamat lainnya,” ujar Danrem Kol Inf Heronimus Guru.(lm/dik)
06 Oct2010