JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa meminta Kampung Siaga Bencana di seluruh Indonesia diperbanyak. Hal itu dibutuhkan sebagai langkah antisipasi terhadap berbagai bencana alam yang terjadi. Apalagi Indonesia merupakan negara rawan bencana alam.
"Di Indonesia terdapat 279 titik rawan bencana seperti tanah longsor, banjir dan kebakaran. Kementerian Sosial (Kemensos) memiliki pemetaan terhadap berbagai bencana tersebut," ujar Khofifah, Kamis (11/6/2015).
Selain memperbanyak Kampung Siaga Bencana, ia juga meminta warga dilatih menjadi kader yang paham akan tanda-tanda bencana alam. Selain itu mental warga juga mesti disiapkan untuk menghadapi bencana tersebut.
"Warga desa dilatih sebagai kader yang akrab dengan alam, memiliki kesiapan mental, serta paham tanda-tanda bencana. Seperti tanah retak-retak pertanda akan terjadi longsor. Bagi warga yang tinggal dekat aliran sungai, tahu kapan air meluap dan menggenangi permukiman yang bisa berhari-hari," katanya.
Pada posisi demikian, Taruna Siaga Bencana (Tagana) diminta tiba satu jam dilokasi bencana. Sebagai garis depan, Tagana sudah menjadi bagian dari penanganan bencana alam dan sosial. Misalnya di Aceh, dengan menyiapkan dapur umum lapangan (dumlap), evakuasi darurat, serta mendirikan tenda darurat.
"Dalam proses evakuasi korban bencana, Tagana berada pada sub-sistem dari Badan SAR Nasional (Basarnas). Sedangkan,pada masa tanggap darurat langsung di bawah Kemensos," ucap Khofifah.
Pasca terjadi bencana, biasanya banyak para korban mengalami gangguan psikologis, seperti rasa cemas dan putus asa. Tagana diharapkan menjadi bagian dari pelayanan tanggap darurat. Maka, Tagana setiap saat harus tetap solid di lapangan.
"Tagana adalah relawan dan bukan aparatur pemerintah yang digaji negara. Mereka harus dikelola sebagai community based disaster," katanya.
sumber; okezone