SUBANG, (PR).- Kementerian Sosial terus mengembangkan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di berbagai daerah. Di setiap provinsi dilaksanakan rekruitmen sukarelawan Tagana 50-60 orang per tahunnya. Saat ini, jumlah anggota Tagana di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 32 ribu orang. Namun anggota yang aktif sekitar 29 ribu orang.
Hal itu dikatakan Kasubdit Penanganan Korban Bencana Alam Kemensos, Iyan Kusmadiyana seusai apel penutupan Pelatihan dan Simulasi Kampung Siaga Bencana di Alun-alun Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang, akhir pekan kemarin.
Dia mengatakan jumlah sukarelawan tergabung dalam Tagana masih jauh dari ideal apalagi bila melihat peta kerawanan bencana alam di daerah. Pihaknya terus berupaya mendorong adanya penambahan jumlah keanggotaan tagana setiap tahunnya, seperti tahun 2016 tiap provinsi diharapkan ada tambahan 50 - 60 anggota baru. "Kehadiran Tagana sangat membantu kami di kemensos. Kontribusi mereka besar sekaligus mampu meminimalisir korban saat terjadi bencana. Rasa kemanusiaannya tinggi, dan selalu siap ditugaskan kapanpun," ujarnya.
Iyan mengungkapkan pemerintah akan terus melakukan pembenahan dan peningkatan kemampuan tagana seperti peningkatan kemampuan manajemen pengungsi. "Daya jangkauan dan kemampuan Tagana terus tingkatkan sebagai bagian tim penanggulangan bencana bersama instansi lainnya,” ujarnya
Selain itu, lanjutnya upaya meningkatkan peran aktif masyarakat diarahkan kepada terbentuknya Kampung Siaga Bencana, dan jumlahnya terus diperbanyak. Melalui KSB, masyarakat dilibatkan secara aktif, dan mereka menjadi ujung tombak dalam mengantisipasi kemungkinan kejadian.
"Kami akan terus mendorong dan memfasilitasi kampung siaga bencana terutama di daerah daerah terpencil yang sangat rawan,” ujarnya.
Dijelaskannya perluasan KSB dilakukan sebagai upaya antisipasi terjadinya bencana, sekaligus meminimalisir korban saat bencana datang. Apalagi saat ini perubahan cuaca semakin tidak menentu, berpotensi besar memicu terjadinya bencana. Pemerintah akan memetakan KSB pada daerah rawan di Indonesia. Pemetaan ini dilakukan untuk menangani permasalah kebencanaan nasional, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan lainnya.
"Pemetaan KSB mengacu pada data yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sedangkan penentuan lokasinya diserahkan kepada daerah masing-masing," ujarnya.
Dikatakannya, masyarakat di KSB diberikan pengetahuan mengenai sistem peringatan dini dan antisipasi serta pertolongan pertama jika terjadi bencana. Selain itu Kemensos bersama sengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan SAR Nasional, PMI dan BMKG akan terus meningkatkan sistem peringatan dini bencana di masyarakat. “Peningkatan sistem peringatan dini di masyarakat ini sangat penting guna meminimalisir korban,” jelasnya