Bantuan bagi para korban bencana alam di Kecamatan Malaka, Kabupaten Belu sejak Senin (18/4) tidak bisa disalurkan akibat jalan menuju lokasi bencana putus total, menyusul ambruknya jembatan Wemasa, di Desa Lakekun, Kecamatan Kobalima. "Saat ini memang ada hambatan dalam pengiriman bantuan ke lokasi bencana karena jalur jalan menuju ke lokasi putus total," kata Wakil Bupati Belu Lodovikus Taolin di Kupang, Kamis (21/4).
Padahal para pengungsi mulai kehabisan bahan makanan, meski ada bantuan beras dari pemerintah kepada para korban.
"Kami mendengar ada bantuan beras untuk korban banjir di Belu selatan, tetapi sampai sekarang kami belum kebagian beras tersebut," kata Yohanes Seran, 39, koordinator korban banjir asal Desa Lasaen dari lokasi banjir. Menurut dia, ada sekitar 85 kepala keluarga asal Desa Lasaen--wilayah yang paling parah terkena luapan banjir dari Sungai Benenain--yang mengamankan diri di SDK Besikama I, belum kebagian beras bantuan susulan dari pemerintah.
"Pada pekan lalu, kami hanya mendapat jatah satu kilogram beras, namun sekarang tidak kebagian lagi. Kami terpaksa turun ke kebun-kebun di tengah genangan air untuk mencari pisang agar bisa dimasak untuk konsumsi," ucapnya.
Wabub mengatakan, bantuan lima ton beras yang dikirim ke lokasi bencana alam masih tertahan di Desa Lakekun. Kendaraan yang mengangkut bantuan tidak bisa lewat karena jembatan Wemasa roboh diterjang banjir bandang Selasa (19/4) dini hari. Jembatan Wemasa ini menghubungkan Kecamatan Malaka Tengah dengan Kobalima, sekitar 75 km arah barat, Kota Atambua.
Dia mengatakan, jalur ini merupakan satu-satunya jalur alternatif bagi masyarakat di Malaka, pascaputusnya jalur utama Wemawe dan Kateri beberapa waktu lalu akibat diterjang banjir.