Banjir bandang yang melanda Desa Lawe Penanggalan, Kec. Ketambe Agara, Minggu (21/5), mengakibatkan tiga rumah ambruk, puluhan meter oprit jembatan rusak parah dan hubungan Kutacane – Blangkejeren putus total. Pantuan di lokasi, Pemkab Agara dipimpin Bupati H. Hasanuddin B dan Ketua DPRK, Salim Fakhri mengerahkan alat berat untuk memperbaiki oprit jembatan rusak .Namun jalan nasional Kutacane-Blangkejeren belum bisa dilewati kenderaan.
Antrian panjang kenderaan roda dua dan roda empat dari arah Kutacane dan Blangkejeren, terlihat menunggu alat berat milik memperbaiki jalan dan membuat jalan darurat. Sementara di dekat jembatan terlihat tumpukan kayu dan batu besar yang dibawa sungai Lawe Penanggalan.
Bahtiar, warga Lawe Penanggalan mengatakan, banjir bandang yang melanda desa mereka dan mengakibatkan badan jalan nasional putus serta tiga rumah ambruk, sama sekali di luar dugaan warga.
Masalahnya, meski diguyur hujan sejak sore, banjir besar dan mengakibatkan rumah dan jembatan rusak belum pernah terjadi, jika pun sungai Lawe Penanggalan meluap, dampaknya tak separah saat ini.
“Sebelum jembatan putus dan tiga rumah warga rubuh, memang terdengar suara seperti gemuruh dari atas kawasan pebukitan, namun beberapa saat kemudian mulai terlihat gelombang air dari pegunungan menerjang badan jalan dan rumah warga serta satu panti di Desa Lawe Penanggalan,” ujar Bahtiar.
Sementara warga yang bemukim di pinggiran dan berdekatan dengan DAS Lawe Penanggalan terlihat panik dan kalang kabut sambil ke luar melihat situasi banjir yang menyebabkan hubungan Kutacane-Blangkejeren putus total.
Selain membawa kayu dan batu besar, banjir yang terjadi sekira pukul 21.30 juga membuat badan jalan dan jembatan ditutupi batu, kerikil dan lumpur tebal, bahkan sebagian lumpur yang dibawa sungai Lawe Penanggalan merendam rumah warga.
Bupati Agara, Hasanuddin B mengatakan, selain desa Lawe Penanggalan, banjir yang terjadi di Kec. Ketambe itu juga melanda desa Lawe Mengkudu dan Desa Bener Bepapah terendam lumpur, kendati tak separah di Desa Lawe Penanggalan.
“Kita usahakan, hari ini juga jalan rusak sepanjang 30 meter di Desa Lawe Penanggalan sudah ditimbun dan hubungan Kutacane-Blangkejeren normal kembali meski pun kondisinya masih darurat. Yang penting kenderaan bisa lewat,” ujar Bupati.
3 sekolah diliburkan
Akibat meluapnya sejumlah sungai, sebagian wilayah Kab. Aceh Utara, sejak kemarin dini hari, ratusan rumah warga di empat kecamatan tergenang. Bahkan tiga sekolah diliburkan. Meski demikian, belum ada warga mengungsi.
Tiga kecamatan yang dilanda banjir yakni Kec. Matang Kuli, Paya Bakong, Pirak Timu dan Tanah Luas. Kondisi terparah terjadi di Kec. Matang Kuli. Sedikitnya 12 desa terendam, yakni Desa Hagu, Alue Thoe, Tumpok Barat, Keude Cibrek Pirak, Lawang, Tanjong Tgk Kari, Tanjoeng Haji Muda, Puti, Blang, Alue Entok, Meuria dan Parang Sikureung.
Ketinggian air mencapai 1,5 meter. Tiga sekolah, yakni SDN6 Matang Kuli, MTsN Matang Kuli dan MAN 1 Matang Kuli, terpaksa diliburkan karena gedung dan pekarangan tergenang.
Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, bersama relawan dari SAR, PMI dan RAPI tampak siaga di sejumlah titik rawan, khususnya di Kec. Matang Kuli.
Kepung Lhok Gayo
Sementara warga Desa Persiapan Lhok Gayo, Kec. Babahrot, Kab. Aceh Barat Daya (Abdya), Minggu sore panik. Hujan lebat siang kemarin mengakibatkan puluhan rumah dan belasan hektare areal persawahan di Dusun Meurandeh dan Dusun Drien Suak, terendam dengan ketinggian air 70 Cm.
Jaruddin, mantan Kepala Dusun (Kadus) Lhok Gayo, mengaku, sebelum ada perusahaan tambang biji besi, tidak pernah terjadi banjir luapan. Namun setelah PT Juya Aceh Minning (PT JAM) beroperasi mulai sering digenangi banjir luapan. “Kami menduga banjir luapan akibat dampak dari perusahaan tambang biji besi, sebab sebelumnya tidak pernah terjadi,” paparnya.
Sumber: www.waspada.co.id