Liputan6.com, Banjarnegara - Gempa berkekuatan 4,4 skala Richter (SR) yang mengguncang Banjarnegara, Jawa Tengah, dikhawatirkan bakal memantik aktivitas puluhan kawah di Dataran Tinggi Dieng.
Pasalnya, gempa tektonik dapat memicu aktivitas vulkanik yang bisa memantik kawah meletus atau setidaknya peningkatan aktivitas vulkanik, seperti kegempaan, baik embusan, tremor, hingga berpuncak pada erupsi.
Seperti diketahui, di Dieng, terdapat puluhan kawah aktif yang salah satunya baru saja meletus secara beruntun pada Juli 2017, Maret, dan awal April 2018 lalu, yakni Kawah Sileri.
Di luar Kawah Sileri, terdapat lebih dari 20 kawah aktif lainnya di Dataran Tinggi Dieng yang sebenarnya adalah kaldera raksasa gunung purba ini. Dari 20-an kawah aktif itu, 10 di antaranya dipantau secara simultan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Kawah-kawah di Dieng itu, yakni Kawah Timbang, Sinila, Sikidang, Sileri, Ciglagah, Sibanteng, Pakuwojo, Sileri, Bitingan, Condrodimuko, dan Pagar Kandang. Sepuluh kawah ini mewakili keseluruhan kawah lainnya yang menjadi objek pantauan.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip mengatakan, tak terjadi peningkatan aktivitas vulkanik akibat gempa Banjarnegara, seperti gempa, peningkatan suhu, maupun perubahan komposisi gas di kawah-kawah tersebut. Kesimpulannya, kawah-kawah di Dieng tetap normal.
Begitu pula dengan Kawah Sileri yang baru saja meletus pada 2 April 2018 kemarin. Suhu Kawah Sileri terpantau normal, sekitar 73 derajat celsius. Gas-gas berbahaya, seperti CO2 terukur 0,04 persen volume atau jauh di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume.
Tak terdeteksi pula adanya gas H2S dan SO2, serta tak terekam pula gempa tremor yang menandakan peningkatan aktivitas.
"Pasca-gempa itu tidak terlihat. Karena gempa-gempa yang muncul, seperti gempa vulkanik itu, tidak muncul. Bisa juga, tetapi pasca-gempa kemarin itu tidak terlihat sampai sekarang. Tektonik bisa memicu vulkanik, tetapi vulkanik tidak bisa memicu tektonik," ucapnya, saat menjelaskan dampak gempa Banjarnegara terhadap kawah-kawah di Dieng, Kamis, 19 April 2018.
Salah satu faktor tak terpicunya aktivitas vulkanik lantaran episentrum gempa berada cukup jauh dari titik kawah terdekat, yakni Timbang. Dari Kawah Timbang, episentrum gempa berjarak lebih dari 30 kilometer. Saat terjadi gempa, Rabu kemarin pun, getarannya tak terasa di pegunungan Dieng.
Sementara itu, di pusat pengungsian bencana gempa Kalibening, 2.104 orang mengungsi. Mereka terdiri dari 526 keluarga terdampak gempa Banjarnegara, yaitu di Desa Kasinoman, Kertosari, dan Plorengan. Ada pula yang mengungsi ke Desa Sidakangen, Kalibening.
Staf Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara, Anis Hamidi mengklaim, distribusi kebutuhan pokok, terutama makanan telah dimulai sejak Rabu malam. Kebutuhan posko itu adalah, beras, mi instan, minyak goreng, gula, bumbu dapur, dan kebutuhan lainnya untuk Posko Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Kalibening.
"Dari provinsi, dua truk tadi pagi sudah naik didorong ke atas. Tadi malam, untik selimut tikar, dan sebagian untuk makanan juga sudah naik," Anis menjelaskan.
Terkait dengan penetapan masa tanggap darurat bencana gempa bumi selama tujuh hari, antara 18-24 April 2018, saat ini tim gabungan fokus pada penyelamatan barang berharga milik warga yang masih berada di rumah rusak akibat gempa. Selain itu, tim dan warga juga membersihkan jalan dan infrastruktur lain yang sempat terganggu akibat materiel bangunan yang roboh atau ambrol.
Data sementara Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banjarnegara, sebanyak 317 rumah rusak. Rinciannya, yakni di Desa Kertosari 62 unit, Kasinoman 217 unit, dan Desa Plorengan 37 unit. Di tiga desa tersebut, tiga masjid atau musala juga rusak. Gedung SMP Negeri 2 Kalibening pun rusak.
Sebanyak dua orang meninggal dunia dan 21 orang lainnya luka-luka dalam bencana gempa bumi ini.