Pasuruan (wartabromo.com) – Kurun 4 bulan terakhir, sebanyak 55 bencana terjadi di Kabupaten Pasuruan. Banjir masih mendominasi, bila disandingkan dengan bentuk bencana lainnya.
Banyaknya bencana tersebut merupakan catatan Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan sepanjang awal tahun 2018 ini.
Bakti Jati Permana, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan mengatakan, bencana paling sering terjadi di Kabupaten Pasuruan adalah bencana banjir, yakni di 40 titik di wilayah Pasuruan bagian Tengah, Timur sampai Barat.
“Karena awal tahun sampai Pebruari adalah tinggi-tingginya curah hujan, sehingga daerah-daerah yang seringkali menjadi langganan banjir, kembali disambangi kiriman air bah,” kata Bakti, Selasa (08/05/2018).
Meski terbilang banyak, jika dibandingkan awal tahun lalu, jumlah bencana banjir lebih sedikit pada awal tahun 2018 ini. Kata Bakti, waktu itu disebabkan adanya El Nino yang menyebabkana curah hujan cukup tinggi, berakibat seringnya banjir di hampir semua wilayah terdampak.
Cuaca ekstrim tahun lalu, jika dibandingkan, bencana banjir tahun ini tetbilang lebih sedikit.
“Catatan sampai bulan April mencapai 40 lokasi di awal tahun ini,” jelasnya.
Banjir paling tinggi terjadi pada 6 Januari 2018, berlangsung sampai 11 Januari Dan ada pula banjir tinggi pada 16-`19 Februari, 22 Februari dan 22-24 Maret. Tercatat banjir terjadi dari Kecamatan Grati, Rejoso, Pohjentrek, Kraton, Bangil, Beji, Gempol, Winongan, Rembang, Nguling sampai Wonorejo.
Sedangkan longsor terjadi hingga 12 kali, mulai di Lumbang, Tutur, Tosari, Puspo dan Kejayan. Untuk Puting beliung yang cukup besar terjadi di Kecamatan Kraton dan Purwosari dan lainnya ada 1 rumah tersapu banjir.
Dari data tersebut, untuk total dana kebencanaan yang sudah digunakan mencapai Rp 400 juta. Jumlah ini adalah untuk keperluan dapur umum seperti nasi bungkus, mie instan, pembelian terpal, sandbag sampai pengiriman air bersih.
Selama bulan Mei ini dikatakan masih masuk musim peralihan dari Hujan ke Kemarau. Namun karena curah hujan sudah rendah dikatakan resiko bencana sudah minim.
“Namun biasanya karena musim peralihan yang terserah stamina tubuh sehingga diharapkan masyarakat bisa menjaga kesehatan,” pungkasnya. (mil/ono)