Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan aktivitas seismik di wilayah Indonesia Timur meninggkat tajam. BMKG menyebut peningkatan itu sejak terjadinya gempa di Lombok beberapa waktu lalu.
"Sejak gempa Lombok aktivitas seismik di Indonesia timur meningkat tajam," kata Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono di Kantor BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Namun, menurut Daryono, hingga saat ini belum ada teknologi atau alat yang bisa memprediksi datangnya gempa tersebut.
"Tapi hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa prediksi tepat dan akurat kapan, dimana, besaran gempa itu terjadi," imbuhnya.
Dia juga belum memastikan apakah peristiwa gempa di satu daerah bisa memicu gempa di daerah lain. Sebab, menurutnya belum ada ilmu yang bisa menjelaskan terkait perambatan gempa tersebut.
"Konteks saling picu itu baru dapat terjadi bila berada di segmen yang berdekatan, jadi kalau beda sumber gempa, hingga saat ini belum bisa dijelaskan karena belum ada ilmu yang menjelaskan secara empirik adanya perambatan," ujarnya.
Dia menambahkan bila terjadi gempa yang hampir bersama kemungkinan itu hanya kebetulan saja. Sebab, Indonesia memiliki 6 zona subduksi aktif dengan 265 sesar aktif.
"Itu hanya kebetulan bersama saja, di Indonesia memang banyak sumber gempa. Kita memiliki 6 zona subduksi aktif. Dari 6 itu dibagi 16 segmen dan sesar aktif yang baru dikenali ada 295. Kalau ada gempa yang saling berdekatan itu bukan berarti saling picu dan merambat tapi memang sumber gempa itu miliki medan akumilasi stress sendiri, maksimum, kapan pecahnya sendiri, itu yang harus kita pahami," jelasnya.
(ibh/rvk)