70 persen kabupaten dan kota di Indonesia merupakan daerah endemik demam berdarah dengue. Provinsi Jakarta dan Bali menjadi penyumbang terbesar kasus DBD.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti mengungkapkan, demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah besar kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit tersebut belum ada obat dan vaksinnya.
”Vaksin masih dalam tahap uji coba. Hasilnya diperkirakan baru akan terlihat dua hingga empat tahun lagi,” kata Rita dalam acara kampanye ”Ayo Stop DBD” di Lapangan Monas, Minggu (12/6).
Kasus DBD mencapai sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Hingga Mei 2011 tercatat ada sekitar 30.000 kasus DBD. Indonesia merupakan penyumbang sekitar 15 persen kasus DBD dunia. ”Kasus DBD terus meningkat. Pada awal kemunculan DBD tahun 1968, hanya ada sekitar 50 kasus. Tahun 1988, jumlah kasus mencapai puluhan ribu dan sejak tahun 2000 jumlah kasus mulai di atas 100.000 kasus,” katanya.
Sekitar 80 persen penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko tertular DBD, seperti DKI Jakarta.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang Ahmad Haryadi mengatakan, berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai 18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.
”Karena DBD disebabkan oleh nyamuk, pemberantasan DBD mau tidak mau bertumpu pada peran serta masyarakat. Semakin tidak menentunya keadaan cuaca mempersulit prediksi lonjakan kasus. Salah satu upaya terpenting ialah pencegahan,” kata Ahmad.