JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban meninggal dunia dalam bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah mencapai 2.086 jiwa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah terebut masih sementara per 28 Oktober 2018.
"Dengan rincian Kota Palu 1.705 orang, Kabupaten Donggala 171 orang, Sigi 188 orang dan Parigi Moutong 15 orang."
"Sebanyak 1.309 orang hilang."
"Korban luka-luka tercatat 4.438 orang, dan mengungsi sebanyak 206.524 orang," demikian ungkap Sutopo seperti dikutip dari rilis yang diterima, Minggu (28/10/2018).
Jumlahnya, lanjut dia, masih mungkin bertambah tergantung pada proses pencarian yang dilakukan meski pencarian yang terorganisasi tidak lagi dilakukan.
Sementara itu, Sutopo juga melaporkan jumlah kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat bencana di Sulawesi Tengah mencapai angka Rp 18,48 triliun per 27 Oktober 2018.
Sutopo menyatakan jumlahnya diperkirakan masih terus bertambah karena belum semua data kerusakan Kota Palu, Kabulaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong selesai dilakukan.
"Dari Rp 18,48 triliun dampak ekonomi akibat bencana tersebut, kerugian mencapai Rp 2,89 triliun dan kerusakan mencapai Rp 15,58 triliun," katanya.
Pengertian kerusakan, lanjut dia, adalah nilai kerusakan stok fisik aset.
Sedangkan kerugian adalah arus ekonomi yang terganggu akibat bencana, yaitu pendapatan yang hilang dan atau biaya yang bertambah akibat bencana pada 5 sektor yaitu permukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.
Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana sebesar Rp 18,48 triliun ini berasal dari sektor permukiman mencapai Rp 9,41 triliun, sektor infrastruktur Rp 1,05 triliun, sektor ekonomi Rp 4,22 triliun, sektor sosial Rp 3,37 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp 0,44 triliun.
Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana.
Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat.
Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 hingga 11,3 meter telah menyapu daratan sejauh 0,5 kilometer ke darat, telah menghancurkan permukiman di sana.
Begitu juga adanya amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa dan adanya likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.
Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 8,3 triliun, Kabupaten Sigi Rp 6,9 triliun, Donggala Rp 2,7 triliun dan Parigi Moutong mencapai Rp 640 miliar.
Tim Hitung Cepat Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dan UNDP, terus menghitung dampak dan kebutuhan untuk pemulihan. (*)