Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas “Peningkatan Kesiagaan Menghadapi Bencana” menitikberatkan pada sistem peringatan dini, edukasi kebencanaan hingga manajemen kesiapan kebencanaan. Hal itu dilakukan karena Presiden tahu bahwa Indonesia ini berada di wilayah ring of fire atau cincin api.
Untuk mengupas hal itu, Koran Jakarta mewawancarai peneliti senior di Program Studi Meteorologi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Armi Susandi. Berikut petikannya.
Bagaimana tanggapan Anda dengan langkah pemerintah terkait pencegahan bencana?
Perlu juga pengenalan daerah rawan serta dapat dijelaskan secara mudah dengan bantuan peta bahaya dan kerawanan bencana. Sebab, setiap daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan setiap jenis bencana.
Dengan menggunakan peta, biasanya digambarkan daerah mana saja yang memiliki tingkat kerawanan paling tinggi, sedang, dan rendah yang digambarkan dalam bentuk gradasi warna tertentu.
Jadi, pemerataan kerawanan juga perlu difokuskan?
Iya, pemetaan kerawanan tersebut juga harus didasarkan pada catatan dan data historis kejadian bencana yang pernah terjadi. Selanjutnya, peta kerawanan diproduksi menggunakan perangkat lunak berbasis geoanalisis.
Selain itu juga diperlukan pembuatan instrumen dan teknologi deteksi dini dan potensi bencana. Seharusnya, hal ini sudah menjadi keharusan berdasarkan pengalaman yang telah terjadi dari berbagai bencana yang terjadi.
Apakah perlu dipercepat pengadaan alat untuk deteksi dini sebelum terjadinya bencana?
Beberapa lembaga mengakui kekurangan alat atau tidak adanya instrumen dan teknologi pendeteksi dini dan potensi bencana. Dengan meningkatnya perkembangan teknologi komputasi dan infrastruktur hardware, maka teknologi deteksi dini potensi bencana semakin andal. Saat ini teknologi deteksi dini bencana telah dikemas menjadi suatu sistem yang terintegrasi dan saling mendukung termasuk di antaranya teknologi sensor, model matematis, dan expert judgement (keputusan ahli).
Selain itu, apalagi yang perlu dilakukan pemerintah dalam kesiagaan bencana ini?
Yang tak kalah pentingnya yang harus dilakukan pemerintah dalam mendukung upaya mitigasi bencana adalah pengembangan sumber daya manusia untuk mengelola sistem pendeteksi dan prediksi bencana. Tanpa sumber daya manusia yang memadai dalam mengoperasikan instrumen, maka teknologi tersebut tidak akan berfungsi dengan semestinya.
Peningkatan sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan adalah penyiapan kapasitas adaptif masyarakat, termasuk pengenalan tindakan cepat tanggap darurat bencana dalam kurikulum pendidikan bagi semua jenjang.
Berarti diperlukan kurikulum khusus kebencanaan?
Tentu, pengembangan kurikulum pendidikan juga seharusnya ditambahkan muatan lokal mengenai pemahaman risiko bencana yang sering terjadi di daerahnya agar lebih tepat sasaran.
muhammad umar fadloli/AR-3