TEMPO.CO, Bandung - Fenomena Supermoon 21 Januari 2019 berpotensi membuat pasang maksimum air laut di tujuh pesisir Indonesia. Selain itu, Supermoon sebelumnya sempat dikaitkan dengan bencana besar, di antaranya peristiwa gempa dan tsunami di Aceh serta di Jepang.
Pegiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan Bandung, Avivah Yamani, mengatakan efek yang ditimbulkan Supermoon adalah terjadi pasang purnama yang lebih tinggi dari pasang purnama umumnya. "Bedanya sekitar 5 sentimeter lebih tinggi dari pasang purnama yang terjadi tiap bulan," katanya, Ahad, 20 Januari 2019.
Supermoon adalah purnama istimewa karena bulan tengah menuju pada posisi terdekatnya dengan bumi (perigee). Pada 22 Januari, jarak terdekat bulan dan bumi terentang 357.342 kilometer. Efek fenomena itu ke bumi yang jelas yaitu kenaikan pasang air laut.
Namun begitu pernah ada pihak yang mengaitkan Supermoon dengan peristiwa gempa. "Kenyataannya efek dari bulan saat di perigee itu masih terhitung lemah," ujar lulusan Astronomi ITB itu. Contoh buktinya kenaikan pasang air laut yang hanya beberapa sentimeter itu.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BMKG Rukman Nugraha mengatakan, para astrologer (bukan astronom) menyatakan bahwa saat terjadi Supermoon, maka akan terjadi bencana. Contoh bencana yang banyak diberitakan adalah peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 pukul 07:58 WIB. Selain itu gempa bumi dan tsunami Jepang 11 Maret 2011 pukul 14:46 waktu setempat.
Pernyataan yang banyak beredar adalah gempa bumi dan tsunami Aceh terjadi 2 minggu sebelum Supermoon pada Januari 2005. Adapun gempa bumi dan tsunami Jepang terjadi 8 hari sebelum Supermoon 19 Maret 2011.
Berdasarkan periode anomalistik, bulan selama kurun waktu 27,55 hari akan melalui titik terdekat (perigee) dan terjauh (apogee) masing-masing sekali. Dengan demikian, kata Rukman, saat gempabumi dan tsunami Aceh 26 Desember 2004 bulan tengah hampir di titik terjauhnya. "Jarak Bulan saat itu adalah 402.046 kilometer dari bumi,"
Begitu pula dengan gempabumi dan tsunami Jepang. Pada saat gempabumi terjadi, jarak bumi-bulan adalah 396.132 kilometer. Jarak ini lebih jauh daripada jarak rata-rata bumi-bulan, yaitu 384.400 kilometer. "Jadi pernyataan yang mengaitkan dua bencana itu dengan Supermoon tidak berdasar," katanya.
Pada waktu tertentu, bisa jadi bencana berbarengan waktunya dengan Supermoon. Kemungkinannya, kata Rukman, ada dua, yaitu tidak saling terkait atau berkaitan namun belum diketahui. Untuk memastikannya perlu kajian mendalam tentang Supermoon dan struktur geofisika bumi.
Namun demikian, menurut Rukman, kewaspadaan untuk menghadapi bencana apa pun dan saat kapan pun tetaplah harus dikedepankan, terutama di daerah kawasan pesisir. Hal itu karena Supermoon ikut berpengaruh pada kondisi pasang surut air laut. Faktor lain yang bisa membuat tinggi pasang yaitu cuaca buruk.