JAKARTA - Dalam rangka memperkuat mitigasi guna meminimalisir jumlah korban akibat bencana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengajak Pemerintah Daerah Istimewah Aceh untuk bersama-bersama meningkatkan budaya sadar bencana. Seperti yang diketahui Banda Aceh merupakan wilayah rawan gempa dan tsunami lantaran diapit oleh dua patahan Sumatera yang masih aktif, yaitu patahan segmen Aceh dan segmen Seulimuem.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, "BMKG Provinsi Aceh memiliki 7 kantor representatif yang tersebar di seluruh wilayah Aceh untuk melayani informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika secara komprehensif. Silahkan gunakan seluruh data dan informasi yang dimiliki untuk memperkuat upaya mitigasi bencana, " ungkap Dwikorita Karnawati dalam rilis tertulis yang diterima Tribunnews.com usai mengunjungi Aceh, pada Jumat (01/2/2019).
Dwikorita menjelaskan sebagai upaya mitigasi bencana di Aceh, BMKG telah melakukan penambahan dan modernisasi berbagai peralatan penunjang guna memantau kondisi iklim dan cuaca, “Guna memantau iklim dan cuaca diantaranya BMKG telah menyiapkan Radar Cuaca Automatic Weather Station (AWS), Automatic Weather Observation System (AWOS), Display Info MKG, Automatic Rain Gauge, Automatic Agroclimate Weather Station serta Pos Kerjasama. Juga tersedia HV Sampler, Rain Sampler, PM-10 dan AARS yang digunakan untuk memantau perubahan iklim dan kualitas udara, ” jelasnya.
Dwikorita menambahkan, “Untuk pemantauan bencana gempa dan tsunami, BMKG Aceh telah dilengkapi dengan Sistem Monitoring gempa dan tsunami, Accelerograph, Lightning Detector, DVB, dan Sirine Gempa. Keberadaan seluruh alat tersebut diharapkan mampu meminimalisir kerugian dan korban akibat bencana yang sewaktu-waktu dapat menghantam Daerah Istimewa Aceh, ” tambahnya.
Selanjutnya Dwikorita mengajak Pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, “Pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dengan memperkuat upaya-upaya mitigasi bencana. Diantaranya dengan membangun tsunami shelter, menyiapkan rute-rute evakuasi, membuat tata ruang yang berbasis risiko bencana dan mengedukasi masyarakat dengan berbagai pengetahuan dan wawasan kebencanaan, ” ujar Dwikorita.
Dwikorita berharap penyampaian informasi peringatan dini semakin cepat, luas dan tepat sasaran, “Saya berharap penyampaian informasi peringatan dini bisa semakin cepat, luas dan tepat sasaran apalagi pada saat adanya peningkatan kondisi ekstrim alam yang menimbulkan anomali-anomali seperti yang terjadi di Lombok, Palu dan Selat Sunda. Saya juga berharap kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk bekerjasama dalam meningkatkan kewaspadaan karena sesuatu yang mustahil jika BMKG bekerja sendiri dalam upaya pencegahan, penanganan, dan penanggulangan bencana. BMKG juga terus menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, institusi, organisasi dan komunitas guna memperkuat amplifikasi pesan dan informasi kebencanaan kepada masyarakat luas, ” harap Dwikorita.
sumber: Tribunnews.com