Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah korban tewas akibat bencana alam yang terjadi selama Januari hingga April 2019 melonjak sebanyak 192 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 lalu.
Menurut data BNPB, sebanyak 1.586 peristiwa bencana terjadi selama empat bulan terakhir yang menyebabkan 325 orang meninggal dunia, 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka, dan 996.143 orang mengungsi.
BNPB juga mencatat ribuan bencana itu menyebabkan 3.588 rumah rusak berat, 3.289 rumah rusak sedang, 15.376 rumah rusak ringan, 325 sekolah, 235 fasilitas ibadah, dan 78 fasilitas kesehatan rusak.
"Secara statistik, dibandingkan tahun 2018 dalam periode yang sama, kejadian bencana pada 2019 mengalami kenaikan 7,2 persen. Pada 2018 terjadi 1.480 bencana sedangkan 2019 terjadi 1.586 kejadian bencana," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com pada awal pekan ini.
"Untuk korban jiwa, juga terjadi kenaikan 192 persen dimana pada tahun 2018 terdapat 150 orang meninggal dunia dan hilang sedangkan pada 2019 korban meninggal dan hilang tercatat 438 orang. Begitu pula korban luka-luka juga mengalami kenaikan 212 persen. Korban luka pada tahun 2018 sebanyak 461 orang sedangkan tahun 2019 sebanyak 1.439 orang," demikian lanjutan paparan Sutopo.
Sutopo menuturkan lebih dari 98 persen bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi atau yang diakibatkan cuaca, sementara itu 2 persen lainnya yakni bencana geologi atau bencana yang disebabkan aktivitas permukaan bumi.
Sutopo merangkum tiga bencana yang paling menimbulkan korban dan kerugian cukup besar dalam empat bulan terakhir adalah banjir dan longsor di Sulawesi Selatan pada 22 Januari lalu.
Peristiwa itu menyebabkan 82 orang meninggal, tiga orang hilang, dan 47 lainnya luka-luka. Kerugian ditaksir mencapai Rp926 miliar.
Bencana kedua yakni banjir dan longsor di Sentani, Papua pada 16 Maret lalu yang menewaskan 112 orang, 82 orang hilang, dan 956 lainnya luka-luka. Kerugian material diperkirakan mencapai Rp668 miliar.
Banjir dan longsor di Bengkulu pada 27 April juga menjadi yang paling merugikan lantaran menyebabkan 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, dan 4 lainnya luka-luka. Data sementara mencatat bencana tersebut menyebabkan kerugian sebesar Rp200 miliar.
Sebaran Bencana per Provinsi dan Kabupaten/Kota
Sutopo memaparkan berdasarkan sebaran kejadian per provinsi maka bencana paling banyak terjadi di Jawa Tengah dengan 472 kejadian, Jawa Barat sebanyak 367 kali, dan Jawa Timur sebanyak 245 peristiwa.
Sementara itu bencana di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat terjadi sebanyak 70 dan 50 kali terjadi di Provinsi Aceh.
Sedangkan jika dilihat per kabupaten/kota, bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 50 kejadian, Semarang 43 bencana, Bogor 42 kali, Majalengka 38 peristiwa, dan Temanggung sebanyak 37 kali.
Menurut Sutopo statistik ini bukan semata-mata hanya memuat angka, tapi memiliki makna bahwa ancaman bencana alam terus meningkat.
Sutopo menuturkan peningkatan bencana alam pada 2019 ini sebagian besar disebabkan curah hujan yang deras. Ia mengatakan kombinasi antara alam dan antropogenik menjadi penyebab utama meningkatnya bencana.
Dia juga mengatakan upaya penanganan bencana masih banyak menitikberatkan pada darurat bencana.
"Sementara itu, tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana besar masih rendah. Mitigasi baik struktural dan nonstruktural masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah," ucap Sutopo.