Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut hingga Rabu (1/5) malam korban meninggal dunia akibat banjir Bengkulu mencapai 30 orang. Selain itu, enam orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebut korban tertinggi berada di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan jumlah 24 orang, sedangkan Kota Bengkulu dan Kepahiang masing-masing tiga orang.
"Fokus pencarian korban hilang di Desa Talang Boseng, Susup dan Kelindang," kata Sutopo dalam keterangannya, Rabu (1/5) malam.
Sementara itu, BPBD Provinsi Bengkulu masih melakukan upaya penanganan darurat seperti pelayanan kesehatan dan distribusi logistik, seperti ke Desa Taba Penyengat, Susup dan Kelindang. BPBD melaporkan pengungsian di Kecamatan Air Napal sejumlah 200 jiwa dan Kecamatan Bang Haji di Desa Genting dengan 417 jiwa.
Terkait dengan kerugian lainnya, banjir dan longsor juga mengakibatkan kerusakan di beberapa sektor seperti permukiman, pendidikan, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan dan infrastruktur publik.
Sementara ini, sejumlah 554 unit rumah rusak berat (RB), 160 rusak sedang (RS) dan 511 rusak ringan (RR). Sedangkan fasilitas pendidikan di seluruh wilayah Bengkulu, tujuh unit rusak berat dan satu rusak ringan serta tujuh terendam lumpur. Kerusakan fasilitas pendidikan terbanyak berada di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Pada sektor peternakan, BNPB menyebut sejumlah ternak mati seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan itik dengan jumlah total 857 ekor. Wilayah paling terdampak untuk sektor peternakan berada di Bengkulu Utara dengan total ternak 320 ekor.
"3.000 hektare lahan pertanian mengalami kerusakan," kata Sutopo menambajkan.
Sementara itu, di sektor infrastruktur, jaringan listrik masih dilakukan perbaikan dengan perkembangan pemulihan mencapai 74,28 persen pada 30 April lalu. BPBD melaporkan gardu distribusi sejumlah 42 unit masih padam dan 2.496 jaringan listrik pelanggan belum menyala.
"Total kerugian sementara hingga hari ini (1/5) senilai Rp 144 milyar. Namun jumlah akan terus bertambah karena perkiraan kerugian tersebut menggunakan data sementara," ujar Sutopo.