Kebumen - Pesisir Jawa bagian selatan ada potensi wilayah rawan bencana tsunami. Untuk mengurangi risiko bencana, warga mulai dilatih untuk melakukan mitigasi bencana.
Selain itu berbagai upaya pengurangan risiko bencana juga dilakukan dengan memasang alat Early Wraning System (EWS) dan penanaman pohon di sekitar pantai. Wilayah yang berada di pesisir selatan Jawa termasuk Kabupaten mulai melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana.
"Untuk warga yang terancam di wilayah Kebumen dan sekitarnya yakni di Cilacap ada sekitar 518.797 jiwa, Kebumen 60.404 jiwa dan Purworejo 30.097 jiwa," kata Kepala BPBD Kebumen, Eko Widianto ketika ditemui detikcom saat menggelar jumpa pers di Gedung Press Center Kebumen, Jumat (26/7/2019).
Untuk menghadapi ancaman risiko bencana tersebut, beberapa upaya pun dilakukan oleh Pemkab Kebumen mulai dari sosialisasi, penanaman pohon cemara laut dan mangrove hingga membentuk desa tangguh bencana (Destana). Bahkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geodisika (BMKG) pun akan ikut terjun dengan memasang alat deteksi gempa.
"BMKG akan memasang alat deteksi gempa di Pantai Karangbolong Kecamatan Buayan. Terus upaya riil kami antara lain dengan memberikan sosialisasi kemudian menanam pohon cemara laut dan mangrove karena menurut penelitian vegetasi di pesisir ini juga bisa menahan laju gelombang (tsunami). Kami juga membentuk destana," paparnya.
Belasan alat Early Warning System (EWS) juga telah di pasang di pesisir selatan Kebumen. Meski jumlah alat EWS yang terpasang dirasa masih belum cukup ideal. Di wilayah Kebumen sendiri, sedikitnya ada 31 desa dalam 8 kecamatan yang rawan terkena dampak bencana tsunami.
"Dari 8 kecamatan tersebut ada 7 kecamatan yang lebih rawan karena kontur pantainya landai dengan daratan yakni sepanjang Puring sampai Mirit. Sedangkan di Kecamatan Ayah relatif lebih aman karena ada penghalang bukit dan pegunungan. EWS yang terpasang ada 14 buah, dan itu masih kurang, kedepan akan kami tambah lagi," lanjutnya.
Untuk membantu kesiapan daerah-daerah yang akan terdampak tsunami, pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga melaksanakan survei serta pemetaan di pesisir Banyuwangi hingga Anyer, Serang yang dikemas dalam Ekpedisi Destana 2019. Ekspedisi tersebut telah dimulai sejak 12 Juli dan akan berakhir pada 17 Agustus 2019 dengan melibatkan relawan serta pakar.
Sementara itu, Sekda Kebumen, Ahmad Ujang yang mendampingi Kepala BPBD menyatakan bahwa sosialisasi tersebut tidak bermaksud untuk menakut-nakuti masyarakat namun justru membantu masyarakat untuk tetap siaga.
"Ini bukannya menakut-nakuti masyarakat tapi menginformasikan bahwa laut selatan ada potensi tsunami. Bencana tidak bisa dicegah tapi bisa diminimalisir. Harapannya menjadi kesadaran bersama dan ditanggulangi bersama-sama," pungkasnya.
sumber: detik.com