RMOLJateng. Banyaknya potensi wilayah kekeringan di Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS) Surakarta memaparkan cara mengantisipasi mitigasi bencana kekeringan.
Mengacu data Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) diprediksi musim kering tahun ini akan lebih panjang dibanding tahun lalu, diperkirakan melanda 28 provinsi dengan paparan 11,7 juta hektar dan 48,4 juta jiwa.
Juga data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini sudah ada 75 wilayah yang terpapar kekeringan termasuk di Jawa Tengah ada 21 daerah.
"Didasari dengan masalah rawan kekeringan yang sering terjadi di wilayah Indonesia setiap tahunnya, kami melakukan kajian antisipasi. Yakni dengan teknologi sederhana memanen air hujan," kata Kepala penelitian Utama Balitek DAS Purwanto, Selasa (20/8) di kantor Balitek DAS Surakarta.
Teknologi sederhana untuk memanen air hujan yang diterpakan di Grobogan bagian timur ini berupa bak tampung atau sumur tampung, sumur resapan untuk menambah cadangan air sumur konvensional, dan embung.
"Kita menerapkan skala kecil mulai dari rumah tangga, bagaimana cara memanen air dari talang dan masukkan ke sumur," jelasnya.
Teknologi sederhana ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk persediaan di musim kemarau.
"Bisa juga menerapkan instalasi daur ulang air, agar bisa di manfaatkan kembali untuk mandi dan cuci," tambahnya.
Pihak Balitek DAS hanya menerapkan alat penyaringan sederhana dengan menyediakan pompa di kasih kapas, ijuk, arang, dan lainnya.
"Air yang telah disaring bisa di manfaatkan untuk cuci dan mandi," tandasnya.
Selain itu, Balitek juga melakukan penelitian sejenis seperti rekomendasi tanaman tahan kekeringan seperti kacang kacangan, serta rekomendasi kebijakan untuk mitigasi bencana kekeringan. [jie]