BANYUMAS, (PR).- Dampak kekeringan 2019 menjadi yang terparah sejak lima tahun terakhir. Jumlah warga yang mengalami krisis air bersih di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sudah mencapai 20.361 kepala keluarga (KK) atau sekitar 73.377 jiwa, dengan total bantuan 2.096 tangki atau setara 10.493.000 liter
Sebanyak 73.377 jiwa tersebut tinggal di 88 desa di 20 kecamatan, dari 27 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut. Kecamatan terdampak kekeringan paling parah di Kecamatan Tambak dan Cilongok, masing-masing delapan desa yang mengalami krisis air minum.
"Sejak kemarau hingga 26 Oktober, kami sudah menyalurkan bantuan air minum sebanyak 2.096 tangki atau setara 10.493.000 liter kepada 73.377 jiwa di Banyumas," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Ariono, Minggu, 27 Oktober 2019.
Menurut dia, krisis air bersih tahun ini merupakan yang terparah sejak kurang lebih lima tahun terakhir. Jumlah bantuan setiap tahun pun bertambah.
"Ini kondisi terparah, kelihatannya (jika dihitung) sejak 2013 atau 2014," ujar Ariono.
Untuk bantuan air bersih bagi warga di Banyumas yang dibiayai APBD, pihaknya sudah mengajukan dua kali anggaran karena jumlah warga kekeringan terus membengkak. Pemkab juga dibantu Palang Merah Indonesia (PMI), dunia usaha, dan komunitas juga sedang mendistribusikan bantuan tersebut.
Sebelumnya, BMKG memperkirakan musim hujan di Kabupaten Banyumas sudah akan berlangsung sampai dasarian kedua bulan Oktober 2019. Namun sampai akhir Oktober, belum ada tanda-tanda memasuki musim hujan.
"Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut musim hujan di wilayah Banyumas baru akan terjadi awal November mendatang.***