Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto dalam jumpa pers di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (10/2/2020).
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberitaan seorang warga negara Jepang positif terjangkit virus corona sepulangnya dari Indonesia direspons Kemenkes dengan pernyataan yang membingungkan publik.
Itu karena pernyataan Kemenkes berbeda dengan penjelasan badan kesehatan dunia atau WHO.
Pernyataan ini berawal dari kasus yang menimpa seorang pasien pria yang merupakan warga negara Jepang.
Diberitakan Kompas.com, Minggu (23/2/2020), pasien pria yang dinyatakan positif virus corona tersebut berusia 60-an tahun.
Dia bekerja sebagai staf fasilitas perawatan lansia di Jepang.
Disebutkan, pria ini sempat mengunjungi sebuah institusi kesehatan pada 12 Februari 2020 setelah mengalami "gejala-gejala seperti flu".
Setelah diperiksa, ia kembali ke rumah karena tidak didiagnosa mengidap pneumonia.
Pada 13 Februari dan 14 Februari 2020, ia kembali bekerja dan berada di rumah.
Lalu, pada 15 Februari 2020, pria itu berkunjung ke Indonesia bersama keluarganya dalam rangka liburan.
Beberapa hari setelah berada di Indonesia, pria itu kembali ke Jepang pada 19 Februari 2020.
Saat itu dia mengalami kesulitan bernapas yang parah dan disebut mengalami "kondisi serius". Pria itu diduga terjangkit corona.
Respons Kemenkes
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, virus corona yang diberitakan menular kepada pria Jepang itu bukanlah jenis Covid-19.
Informasi ini, kata dia, berdasarkan komunikasi antara Kemenkes dan otoritas kesehatan Jepang.
"Ternyata setelah diperiksa yang bersangkutan tertular virus Corona tipe II (SARS CoV-2). Data ini berdasarkan komunikasi dengan otoritas kesehatan Jepang. Kami hari demi hari kan komunikasi terus ya," ujar Yuri saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/2/2020).
Sehingga, klaim Yuri, pria Jepang tersebut dipastikan tidak tertular virus corona tipe baru yang menjadi wabah saat ini atau Covid-19.
"Kalau yang menjadi wabah saat ini kan Covid-19. Sementara itu, ada ahli yang mengatakan perbedaan antara Covid-19 dengan virus SARS CoV-2 itu sampai 70 persen, " jelas Yuri.
Meski demikian, Yuri menuturkan Kemenkes tetap menelusuri bagaimana korelasi kedua virus ini.
"Sebab ini kan bukan virus yang ada di sini. Masih ditelusuri apakah ini seasonal flu atau apa. Makanya ini kita terus komunikasi dengan otoritas kesehatan Jepang ya, " tegas Yuri.
#Kronologi pria Jepang tertular virus versi Kemenkes
Achmad Yurianto lantas menjelaskan kronologi identifikasi penularan virus terhadap pria Jepang tersebut.
Pria itu sebelumnya mengeluh sakit pada saluran pernapasan sebelum 12 Februari lalu berobat ke rumah sakit.
Oleh dokter, pria tersebut dianggap tak perlu dirawat sebab kondisi dia dinyatakan masih baik.
Menurut Yuri, pria itu hanya diberi obat dan diizinkan pulang.
Pada 13 Februari pria itu masih masuk kerja.
"Kemudian pada 14 Februari, dia libur tidak bekerja. Lalu pada 15 Februari, beserta keluarga dia berangkat ke Bali sampai 19 Februari," papar Yuri.
Lalu, ketika pulang kembali ke Jepang, pria itu merasa tidak enak badan.
Pada 22 Februari, dia kembali berobat ke rumah sakit.
"Kemudian oleh dokter diputuskan harus dirawat. Kemudian saat dirawat dia diperiksa. Ternyata ditemukan (tertular) virus SARS CoV-2. Kondisinya sekarang sudah membaik, " kata Yuri.
Yuri juga menampik dugaan bahwa pria asal Jepang itu tertular SARS CoV-2 di Indonesia.
Sebab, menurut catatan pria itu sudah mengeluh sakit sebelum 12 Februari.
"Tidak ada virus yang inkubasinya langsung. Saat datang ke Indonesia kan dia sudah sakit dan minum obat. Mengapa pas datang ke Indonesia dia (badannya) tidak panas? Sebab dia sudah minum obat," tambah Yuri.
Pandangan WHO soal SARS CoV-2
Penjelasan Achmad Yurianto di atas kemudian memancing reaksi Publik.
Sebagian menganggap pernyataan Yuri di atas menyalahi penjelasan yang sebelumnya telah ditetapkan secara resmi oleh WHO.
Dalam situs resmi WHO, Covid-19 atau coronavirus disease dijelaskan sebagai nama penyakit yang sedang mewabah saat ini.
Sementara itu, SARS-COV-2 adalah nama virus yang menyebabkan Covid-19.
Kemudian, virus corona atau coronavirus adalah kelompok virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari batuk pilek biasa hingga SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).
Untuk strain baru yang belum pernah diidentifikasikan sebelumnya pada manusia, diberikan istilah novel coronavirus (nCOV) seperti nama lama SARS-CoV-2 yaitu 2019-nCOV.
WHO menjelaskan bahwa virus memang sering kali memiliki nama yang berbeda dengan panyakit yang disebabkan.
Sebagai contoh, HIV adalah nama virus yang menyebabkan penyakit AIDS.
Virus diberi nama berdasarkan struktur genetikanya untuk memfasilitasi perkembangan tes diagnostik, vaksin dan pengobatan.
Kemenkes beda sikap dengan WHO
Kompas.com kembali meminta penjelasan kepada Achmad Yurianto setelah respons publik terhadap penjelasan sebelumnya.
Ketika dihubungi pada Senin sore, Yuri tetap menyatakan SARS CoV-2 berbeda dengan virus Covid 19 yang menjadi wabah corona saat ini.
Yuri mengakui jika penjelasannya ini berbeda dengan penjelasan dari informasi resmi WHO.
"Itu kan kan ada di website WHO, saya pun sudah baca itu. Namun, saya juga mendapat referensi dari sejumlah pakar virus yang menyatakan bahwa virus Covid-19 yang selama ini menyebabkan sakit itu ada perbedaan hampir 70 persen dengan virus SARS CoV-2," jelas Yuri kepada Kompas.com.
Sehingga, Yuri mengakui bahwa ada dua pemahaman dalam hal ini.
Kemenkes sendiri, kata dia, tidak mempersoalkan perbedaan ini.
"Kami tidak mempersoalkan ini beda apa enggak. Bagi kami soal kewaspadaannya," tegas Yuri.
Sehingga, saat ini Kemenkes telah meminta Dinas Kesehatan Bali untuk melakukan pengumpulan, analisis kondisi dan analisis data secara terus- menerus (surveilens) secara aktif.
Caranya, dengan melakukan contact tracking terhadap daerah mana saja yang pernah dikunjungi oleh pria asal Jepang saat berada di Bali.
"Kami melakukan kontak tracking. Selama orang Jepang ini di Bali dia kemana saja gitu. Daerah mana saja yang dia datangi," tambah Yuri.