Jakarta, CNN Indonesia --Banjir yang melanda 21 kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten menjadikan wilayah ini berstatus tanggap darurat bencana banjir hingga 14 Desember 2020 mendatang.
Penetapan status dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lebak sejak 6 Desember lalu. Hujan lebat selama Sabtu (5/12) hingga Minggu (6/12) mengakibatkan air di sejumlah sungai meluap dan merendam rumah-rumah warga.
"Kami menetapkan status tanggap darurat mulai 6 sampai 14 Desember," kata Asisten Daerah (Asda) III Pemerintah Kabupaten Lebak, Feby Hardian Kurniawan di Lebak dikutip dari Antara, Rabu (9/12).
Banjir di kabupaten ini menerjang 21 kecamatan dan 89 desa, serta merendam 3.941 unit rumah. Bahkan di antara bangunan tersebut, 89 unit rusak ringan dan berat.
Selain itu, luapan air sungai juga menimbulkan kerusakan infrastruktur sebanyak 22 unit, termasuk jembatan gantung serta gedung sekolah.
"Kami berharap kerusakan infrastruktur bisa dibangun tahun 2021," tutur Feby.
Penetapan status tanggap darurat tersebut berdasar pada dampak kerusakan rumah dan infrastruktur yang cukup besar. Karenanya Bupati Lebak Iti Octavia memutuskan masa tanggap darurat hingga pekan depan.
Feby pun mengatakan, selama masa tanggap darurat penanganan bakal diutamakan untuk upya penyelamatan pascabencana dengan menyalurkan logistik, seperti beras, lauk pauk, minyak, air kemasan, mie instan, susu bayi dan obat-obatan.
Selain itu juga pemberian pakaian, selimut dan tikar hingga pembuatan sarana sanitasi untuk memenuhi kelayakan fasilitas buang air besar (BAB).
"Kami memfokuskan pelayanan dasar agar warga korban banjir tidak menimbulkan kerawanan pangan dan penyakit menular," jelas dia lagi.
Menurut Feby, pemerintah daerah ke depan akan merealisasikan pembangunan jembatan yang putus akibat banjir. Termasuk, perbaikan sarana gedung pendidikan.
Pemerintah daerah juga bekerja sama dengan relawan tangguh, TNI, Polri, PMI dan Basarnas dalam mengevakuasi korban di lokasi terdampak banjir.
Banjir menerjang 21 kecamatan di antaranya Kecamatan Cipanas, Malingping, Wanasalam, Cijaku, Gunungkencana, Banjarsari, Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, Leuwidamar dan Cirinten.
Kebanyakan warga yang terdampak banjir adalah yang tinggal di aliran bantaran Sungai Ciberang, Ciujung, Cimoyan, Cilangkahan dan Cimadur. Di kawasan itu ada ribuan kepala keluarga yang bermukim.
"Kami sampai saat ini masih melakukan pendataan kerugian material akibat banjir itu," tambah Feby.