tirto.id - Kejadian bencana atau darurat dapat muncul sewaktu-waktu, apalagi berbagai daerah di Indonesia masuk dalam kategori rawan bencana. Besar kecilnya bencana tentu sulit diprediksi. Ketika bencana terjadi, masyarakat hanya memiliki waktu yang singkat untuk mengevakuasi diri.
Cara terbaik mengurangi risiko korban dan kerugian adalah mempersiapkan diri dengan memiliki rencana manajemen darurat sebelum terjadi bencana. Oleh karena itu, penting untuk membekali diri dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kondisi darurat, termasuk mitigasi bencana.
Apa itu mitigasi bencana?
Pengertian mengenai mitigasi bencana tertuang dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. PP tersebut menyebutkan bahwa mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tindakan yang dilakukan dalam mitigasi bencana diharapkan dapat mengurangi dampak dan risiko sebelum atau pun saat bencana terjadi. Mitigasi bencana dilakukan dengan pendekatan manajemen darurat mengenai segala bentuk risiko dan dampak sengaja maupun tidak disengaja, alamiah maupun non alamiah.
Seberapa penting mitigasi bencana?
Bencana, baik bencana alam maupun non-alam dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sehingga kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan. Seperti dilansir laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, tindakan siap siaga terhadap bencana diharapkan mampu meminimalkan korban jiwa, korban luka, hingga kerusakan infrastruktur.
Sejumlah ahli bahkan menyebutkan bahwa mitigasi bencana sama seperti investasi yang dapat meminimalisasi kerugian saat terjadi kondisi darurat. Selain itu, langkah-langkah yang terintegrasi dalam mitigasi bencana diharapkan dapat membantu wilayah terdampak kembali normal lebih cepat.
Kapan mitigasi bencana harus dilakukan?
Mengutip dari laman BPBD Kabupaten Karanganyar, mitigasi bencana termasuk tahap pra-bencana dalam siklus manajemen bencana. Mitigasi bencana sebaiknya sudah dilakukan jauh sebelum terjadi bencana. Jika memungkinkan, mitigasi bencana dapat menjadi agenda rutin dalam periode tertentu.
Bagaimana melakukan mitigasi bencana dan apa saja yang perlu dipersiapkan?
Tujuan mitigasi bencana adalah untuk memastikan respons cepat, terkoordinasi, dan efektif selama terjadi keadaan darurat. Untuk dapat mencapai hal tersebut, ada sejumlah hal yang dipersiapkan dalam mitigasi bencana.
Menurut Hanjar Pencegahan dan Mitigasi terbitan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dari sisi pemerintah, persiapan mitigasi bencana berupa persiapan fisik dan non-fisik. Persiapan fisik berupa penataan ruang kawasan bencana serta penataan kode bangunan. Lalu, persiapan non-fisik meliputi upaya:
- Memberikan pendidikan mengenai bencana alam.
- Menempatkan korban di tempat aman sesuai dengan Deklarasi Hyogo 2005.
- Membentuk tim penanggulangan bencana.
- Memberikan penyuluhan-penyuluhan.
- Merelokasi korban secara bertahap.
Sementara dari sisi masyarakat, persiapan mengenai keadaan darurat meliputi upaya kesiapsiagaan seperti yang disebutkan oleh BNPB, meliputi:
- Memiliki rencana darurat keluarga. Rencana ini meliputi analisis ancaman sekitar, identitas titik kumpul, nomor kontak penting, identifikasi titik aman, hingga mengetahui rute evakuasi.
- Mempersiapkan benda-beda yang dibutuhkan saat bencana dalam tas siaga bencana, yang berisi air, pakaian, uang, dokumen, dan sebagainya.
- Memantau kondisi wilayah sekitar melalui informasi yang diberikan berbagai media termasuk radio, televisi, media online, dan sumber resmi lainnya.
Perbedaan mitigasi tiap-tiap bencana
Ada perbedaan upaya mitigasi pada tiap-tiap bencana. Seperti yang dilansir dari laman BPBD Kabupaten Karanganyar, baik bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, hingga gunung meletus memiliki upaya mitigasi yang berbeda-beda.
1. Mitigasi Banjir
Sebelum banjir, upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Menata daerah aliran sungai;
- Membangun sistem pemantauan dan peringatan banjir;
- Tidak membangun bangunan di bantaran sungai;
- Tidak membuang sampah di sungai;
- Mengeruk dasar sungai;
- Melakukan penghijauan di hulu sungai.
Saat dan setelah banjir, upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Mematikan listrik;
- Mengungsi ke kawasan aman;
- Tidak berjalan di dekat saluran air;
- Menghubungi instansi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana;
- Mempersiapkan air bersih untuk menghindari diare;
- Mewaspadai binatang berbisa dan peyebar penyakit;
- Mewaspadai banjir susulan.
2. Mitigasi Tanah Longsor
Mitigasi tanah longsor meliputi upaya:
- Menghindari bermukim di wilayah rawan longsor;
- Mengurangi tingkat keterjalan lereng;
- Membangun terasering dengan sistem drainase yang tepat;
- Melakukan penghijauan dengan menanam tanaman berakar dalam;
- Mendirikan bangunan dengan pondasi kuat;
- Menutup rekahan di atas lereng agar air tidak cepat masuk;
- Melakukan relokasi;
3. Mitigasi Gempa
Sebelum gempa, yang dapat dilakukan meliputi:
- Mendirikan bangunan yang tahan gempa
- Mengidentifikasi lokasi bangunan tempat tinggal
- Menempatkan perabotan rumah di tempat yang proporsional
- Menyiapkan peralatan bencana, termasuk makanan, P3K, alat penerangan, dan sebagainya.
- Memantau penggunaan listrik dan gas
- Mencatat nomor telepon penting
- Mengenali jalur evakuasi
- Mengikuti simulasi kegiatan mitigasi bencana gempa
Saat dan setelah gempa, yang dapat dilakukan meliputi:
- Menghindari segala obyek dan bangunan yang kemungkinan roboh;
- Menyelamatkan diri ke tanah lapang;
- Memperhatikan tempat berdiri apabila terdapat retakan tanah;
- Turun dari kendaraan dan menjauhi pantai;
- Segera keluar dari bangunan saat gempa selesai;
- Menghindari penggunaan lift, gunakan tangga biasa;
- Memeriksa keadaan sekitar apakah ada yang terluka. Jika ada lakukan pertolongan pertama;
- Mewaspadai adanya gempa susulan.
4. Mitigasi Tsunami
Mitigasi tsunami meliputi upaya:
- Menyelamatkan diri ke daratan tinggi segera terjadi gejala tsunami (gempa, air laut surut, dan muncul gelombang tinggi);
- Setelah tsunami surut, jangan kembali ke pantai untuk menghindari adanya gelombang susulan;
- Menghindari area tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang;
- Jauhi reruntuhan di dalam air;
- Mengutamakan keselamatan diri bukan barang-barang.
5. Mitigasi Gunung Meletus
Sebelum terjadi gunung meletus, yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan dan penyelidikan aktivitas gunung berapi oleh lembaga resmi setempat;
- Pemerintah setempat melakukan sosialisasi mengenai tanggap bencana gunung meletus pada masyarakat sekitar;
- Melakukan serangkaian upaya tanggap darurat;
- Memetakan kawasan rawan terdampak bencana gunung meletus;
- Memetakan jalur evakuasi, pengungsian, dan pos penanggulangan bencana gunung meletus;
- Mempersiapkan kebutuhan dasar.
Saat dan setelah terjadi gunung meletus, yang dapat dilakukan meliputi:
- Menggunakan pakaian pelindung tubuh, termasuk baju lengan panjang, sepatu, topi, kacamata, dan masker.
- Menghindari penggunaan lensa kontak.
- Menutup wajah dengan dua tangan saat awan panas turun.
- Menghindari wilayah rawan bencana termasuk lereng, lembah, dan daerah aliran lahan.
- Mewaspadai adanya bencana susulan.
- Menjauhi wilayah hujan abu.
- Kembali ke rumah saat keadaan dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.
- Menghindari mengendarai kendaraan bermotor setelah terkena hujan abu karena dapat merusak mesin hingga menyebabkan terbakar.