JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Selain aktif meluncurkan ramalan cuaca, lembaga ini sering mengeluarkan kajian diskusi prediksi bencana untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat Indonesia.
Belakangan ini BMKG merilis sejumlah kajian ramalan untuk meningkatkan kewaspadaan, mulai dari aktivitas kegempaan, tsunami atau gelombang tinggi, hingga cuaca ekstrem atau bencana hidrometeorologis. Berikut potensi bencana-bencana yang diramalkan BMKG:
1. Gempa M 8,7
Dilansir dari laman resmi BMKG, zona lempeng selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8,7. Hal ini berdasarkan hasil kajian dan pemodelan para ahli pada diskusi berjudul “Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur”.
Namun dalam siaran pers BMKG diluruskan bahwa Indonesia adalah wilayah yang aktif dan rawan gempa bumi, maka dapat terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan. Selain itu hingga kini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat.
Menanggapi hal ini, semua pihak perlu melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural dengan membangun bangunan aman gempa. Pemerintah, pihak swasta, dan BPBD pun telah menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai, serta memastikan sistem peringatan dini di daerah rawan beroperasi atau terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam tiap hari untuk meneruskan Peringatan Dini dari BMKG.
2. Tsunami 29 Meter di Jawa Timur
Selain potensi gempa M 8,7, hasil kajian tim ahli BMKG juga menyebutkan potensi tsunami 29 meter Jawa Timur. Secara rinci, potensi terburuk bencana ini yaitu setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.
Sedangkan untuk waktu tercepat, tercatat di angka 20-24 menit pada Kabupaten Blitar. Namun menurut siaran pers yang ditayangkan dalam laman resmi BMKG, telah diluruskan bahwa isu ini merupakan potensi bukan prediksi yang pasti.
Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat juga akan melakukan penataan tata ruang pantai rawan agar aman dari bahaya tsunami, dengan menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai zona sempadan untuk pertahanan terhadap gelombang tsunami dan abrasi. Semua pihak juga diimbau untuk berupaya mitigasi dengan membangun bangunan aman tsunami.
3. Gelombang Tinggi 6 Meter di Perairan Aceh
Pada Selasa (3/8/2021) lalu, BMKG meluncurkan peringatan potensi gelombang tinggi 6 meter di sekitar perairan Aceh. Gelombang tinggi ini diprediksi mungkin terjadi pada 3-5 Agustus 2021. BMKG merinci gelombang tinggi di wilayah perairan utara Sabang (4 hingga 6 meter), perairan Sabang-Banda Aceh (0,50 hingga 2,50 meter), selat Malaka bagian utara (2,50 hingga 4 meter), dan perairan Lhokseumawe (0,50 hingga 1,25 meter.
Ada pula di perairan barat Aceh (2,50 hingga 4 meter), perairan Meulaboh-Kepulauan Sinabang (1,25 hingga 2,50 meter) dan wilayah Samudera Hindia barat Aceh mulai 4 hingga 6 meter. Dengan demikian, masyarakat di sekitar perairan Aceh dan aktivitas penyeberangan di Banda Aceh-Sabang diminta untuk waspada.
4. Gelombang Tinggi 4 Meter di Sejumlah Perairan
BMKG kembali memberikan peringatan dini adanya gelombang tinggi di berbagai wilayah perairan di Indonesia, sejak 22-24 Juli 2021. Hal ini disebabkan oleh kondisi pola angin di wilayah bagian utara dominan bergerak dari Selatan menuju Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
Sementara pola angin wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Timur - Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot. Dikutip dari situs resmi BMKG, kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan gelombang setinggi 1,25 - 2,50 meter, hingga yang tertinggi mencapai 4 meter. Gelombang tinggi itu diperkirakan akan terjadi di beberapa perairan seperti Selat Malaka bagian utara, perairan timur P. Simeulue - Kepulauan Mentawai, Laut Natuna utara.
5. Cuaca Ekstrem Bibit Siklon Tropis
Perkembangan Sistem Depresi Tropis 04W atau bibit siklon tropis telah dimonitor oleh BMKG, yang terdeteksi tumbuh pada tanggal 30 Mei 2021. Hal itu terdeteksi di sekitar sekitar Samudera Pasifik Barat daya sebelah Timur-Tenggara Filipina (5.9° LU 133.1°BT).
Kecepatan angin maksimum terdeteksi mencapai 30 knot (56 km/jam), dan tekanan udara minimumnya mencapai 1004 hPa. Kemudian juga teridentifikasi aktivitas awan konvektif yang signifikan dan persisten dalam 6 jam terakhir di sekitar Sistem 04W. Aktivitas itu menurut pantauan citra satelit cuaca Himawari-8.