DENPASAR - Menjelang KTT APEC, beberapa negara Asia Pasifik terus mematangkan usulan bagaimana mencapai titik tengah antara kepentingan ekonomi dan perlindungan keberlangsungan masyarakat. Salah satunya dengan meminta negara yang tergabung untuk lebih mendorong arus investasi di daerah maupun negara yang rawan terkena bencana alam.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan dalam investasi misalnya di bidang pertambangan atau pembukaan lahan baru harus didapatkan titik tengah. Jangan sampai terjadi benturan kepentingan antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan yang menjamin keberlangsungan masyarakat.
"Bagaimana pemanfaatan teknologi modern yang ada saat ini bisa memadukan dengan nilai atau kebijaksanaan lokal sehingga mitigasi yang dilakukan bisa mengurangi risiko akibat bencana alam," katanya saat jumpa pers dalam pertemuan ke-7 Senior Disaster Management Official Forum (SDMOF) APEC di Kuta, Rabu (21/8/2013).
Mitigasi dilakukan guna pengurangan risiko bencana di satu sisi dan di sisi lain agar kepentingan ekonomi tetap bisa berjalan. Contohnya, bagaimana kerugian atau dampak bencana dahsyat Tsunami Kobe dan banjir di Thailand bisa dikurangi kerugian dan jatuhnya korban lewat upaya-upaya dan kerja sama antar negara.
"Saat ini, masih ada keraguan pihak swasta membuka investasi di daerah atau negara-negara yang rawan bencana. Ini harus dikurangi dan dicarikan jalan keluarnya," imbuhnya.
Karenanya, lewat pertemuan yang dihadiri 13 negara itu, dimaksudkan untuk mencari pemikiran, jalan keluar sekaligus berbagi pengalaman antar berbagai negara dalam penanganan terhadap bencana alam dan upaya pemulihan atau recovery.
"Kita ingin meyakinkan negara-negara APEC untuk tidak ragu berinvestasi di daerah atau negara-negara yang rawan bencana alam," tuturnya.