TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 2.203 bencana alam terjadi di Indonesia terhitung sejak 1 Januari-30 Oktober 2021. Kejadian bencana alam yang paling banyak terjadi ialah banjir, puting beliung, tanah longsor, serta kebakaran hutan dan lahan. Mayoritas bencana alam itu terjadi di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh.
BNPB mencatat peristiwa banjir sebanyak 891 kejadian, puting beliung 587, tanah longsor 406, kebakaran hutan dan lahan 258. Selanjutnya, gempa bumi tercatat 26 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 22 kali, serta kekeringan 22 peristiwa.
Ribuan bencana alam tersebut mengakibatkan 6,63 juta orang menderita dan mengungsi, 13.031 orang luka-luka, 549 orang meninggal, dan 74 orang hilang.
BNPB juga mencatat ada 134.587 rumah rusak. Angka itu terdiri dari 17.007 rumah rusak berat, 24.035 rumah rusak sedang, 93.545 rumah rusak ringan.
Selain itu, sebanyak 3.597 fasilitas publik mengalami kerusakan yang meliputi 1.446 fasilitas pendidikan, 1.798 fasilitas peribadatan, dan 353 fasilitas kesehatan. Kemudian, 502 kantor dan 359 jembatan mengalami kerusakan.
Kepala BNPB Ganip Warsito menegaskan pentingnya peringatan dini dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Secara khusus ia menyoroti dampak yang ditimbulkan akibat La Nina yang diperkirakan akan bertahan sampai Februari 2022.
Ganip menuturkan peringatan dini dari BMKG menjadi salah satu referensi untuk ditindaklanjuti di lapangan. Bahkan BNPB memasang 27 alat peringatan dini bencana tanah longsor untuk membantu pengambilan keputusan proses evakuasi masyarakat.
Alat tersebut masih terus ditambah hingga menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia yang berpotensi terjadi bencana alam. Dalam waktu dekat penambahan alat untuk beberapa wilayah aliran sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah akan dilakukan penambahan sebanyak tujuh unit alat.