Jumat, 09 September 2011 00:03 WIB
KORBAN GEMPA SEKOLAH DI TENDA
RIBUAN siswa di Aceh dan Sumatra Utara mulai mengikuti kegiatan belajar-mengajar, setelah libur Lebaran, kemarin. Namun, berbeda dengan di daerah lain, ratusan siswa di Kota Subulussalam, Aceh, dan Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, harus rela belajar di bawah tenda darurat.
Gempa berkekuatan 6,7 pada skala Richter, Selasa (6/9), menghancurkan gedung Sekolah Dasar Negeri 6, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Simpang Kiri, Subulussalam. Tenda darurat dipasang di halaman sekolah.
Sekitar 178 siswa tetap mengikuti proses belajar-mengajar di tenda darurat. Mereka terlihat tetap bersemangat untuk belajar. Namun, beberapa di antara mereka juga terlihat tidak bisa menyembunyikan kesedihan melihat enam ruang kelas yang roboh.
Siswa berharap, pemerintah segera membangun kembali enam ruang kelas itu sehingga mereka bisa kembali belajar dengan tenang. "Kami ingin bisa belajar seperti dulu lagi," kata Rini, siswa kelas IV.
Di kota ini, tercatat ada 30 bangunan sekolah rusak karena gempa. Selain SD ada juga SMP dan SMA. Kerusakan paling parah terjadi di 11 sekolah.
Di Dairi, dua gedung sekolah rusak berat. Salah satunya terjadi di SD Negeri 030411, di Desa Kentara, Kecamatan Lae Parira, Dairi. Anak-anak pun belajar di bawah tenda dengan peralatan seadanya.
Pada hari yang sama, keluarga Rianda Saputra, 10, korban tewas saat gempa terjadi di Subulussalam, meminta polisi mengusut secara hukum pemilik rumah toko. Bangunan ruko itu ambruk saat gempa dan reruntuhan bangunannya menimpa korban hingga tewas.
"Ruko itu roboh karena kelalaian pemiliknya. Bangunan tidak dilengkapi besi yang memadai, sehingga mudah patah," kata Murdian, 45, paman korban.
Ruko itu berada di sebelah rumah korban. Saat runtuh, korban berada di halaman rumah dan tertimpa tembok ruko.
Ia menyebutkan, saat gempa Mentawai 2009, dinding ruko itu juga runtuh. Namun, pemiliknya tidak membangun gedung itu dengan sempurna sesuai dengan standar tahan gempa.
Keluarga korban sudah melaporkan kasus itu ke polisi untuk diproses secara hukum.
Kabag Humas Pemkot Subulussalam Muhammad Amrin Tibro mengakui dinding gedung itu sudah dua kali roboh karena gempa. (HP/MR/N-2)