AS Banjir, 100 Ribu Warga Dievakuasi
Banjir ini adalah yang terparah selama 40 tahun terakhir.
VIVAnews - Banjir akibat hujan deras yang merupakan impak dari badai tropis Lee terjadi di Amerika Serikat pada Kamis 8 September 2011 waktu setempat. Akibatnya, sebanyak 100 ribu penduduk di wilayah timur laut AS terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Dilansir FOX News, para penduduk dievakuasi ke sekitar kawasan Wilkes-Barre, Pennsylvania, yang memiliki tanggul cukup tinggi untuk menahan banjir. Meski demikian, sekitar 800 atau 900 rumah terancam bahaya jika sewaktu-waktu tanggul tersebut jebol.
"Situasinya mengerikan," kata Stephen Bekanich, kepala manajemen penyelamatan di Luzerne County. Dia dan regu penyelamat lain yakin tanggul akan mampu menahan air, namun tetap menghimbau para sukarelawan untuk meletakkan kantung berisi pasir di kedua sisi sungai.
Di kota Binghamton, New York, Sungai Susquehanna meluap hingga memenuhi jalan dan tingginya sudah mencapai setengah tiang lampu. Walikota Matt Ryan mengatakan, banjir kali ini adalah yang terburuk sejak tahun 1930an dan 1940an.
Hujan dengan curah hujan 9 inci turun di Binghamton dan sebagian Pennsylvania. Sungai-sungai meluap dari Maryland hingga Massachusetts, dan para ahli memperkirakan banjir masih akan terus meluas.
Bagi daerah yang beberapa waktu lalu terdampak topan Irene, keadaannya bisa lebih parah lagi. "Kami baru saja selesai bersih-bersih sisa banjir akibat topan Irene," kata Edith Rodriguez, salah satu dari 75 warga New York yang masih tinggal di penampungan pasca topan. "Kini kami harus mulai bersih-bersih lagi."
Sedikitnya 9 orang tewas akibat badai Lee. Empat tewas di Pennsylvania pusat, satu tewas di Maryland, dan 4 lainnya tewas di Gulf Coast.
Tom Graziano, kepala divisi layanan hidrologi di Badan Atmosfer Kelautan Nasional mengatakan banjir yang terjadi di bagian timur laut AS adalah yang terparah sepanjang sejarah. "Topan Irene saja sudah menyebabkan banjir parah, dan sekarang kita menghadapi curah hujan yang lebih tinggi lagi," katanya.
Sumber: VIVAnews