Penajam Paser Utara, CNN Indonesia -- Pemerintah pusat dan DPR akhirnya bersepakat memindahkan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta di Pulau Jawa ke Kalimantan Timur.
Berdasarkan UU 3 tahun 2022, wilayah IKN itu akan berada di wilayah yang saat ini merupakan bagian dari sejumlah kecamatan di Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar).
Kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) atau ring 1 IKN akan berada di Kecamatan Sepaku, PPU. Sementara daerah pengembangan atau penyangga akan berada di sejumlah kecamatan baik PPU maupun Kukar. Salah satu alasan pemilihan Sepaku menjadi IKN adalah terkait minimnya catatan bencana alam.
Minim bukan berarti tidak ada. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Penajam Utara mencatat dalam tiga tahun terakhir bencana yang terjadi wilayah yang bakal masuk dalam IKN adalah banjir, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), longsor, dan angin kencang.
Sebagai catatan, pada 2019 hingga Januari 2022 tercatat bencana banjir 15 kali di beberapa wilayah Sepaku yakni desa Suka Raja, Karang Jinawi, Binuang, Kelurahan Sepaku, dan Kelurahan Pemaluan.
Sebanyak 395 kepala keluarag (KK) terdampak banjir dan ada 1 korban tewas karena terseret arus. Korban tewas itu ada di Desa Suka Raja pada 22 Agustus 2021.
Sementara karhutla tercatat pernah terjadi di desa Bukit Raya, Sukomulyo, Maridan, Semoi Dua, Tengin Baru, serta Kelurahan Maridan dan Pemaluan dengan luas lahan terdampak total mencapai 7,5 hektare.
Longsor tercatat pernah terjadi di desa Bukit Raya pada 2019 yang menyebabkan jalan rusak di pinggir gedung SD Sepaku. Sementara Longsor pada 2021 menyebabkan jalan poros Mentawir rusak.
Angin kencang juga menghantam di kelurahan Maridan yang merusak atap sebuah bangunan dan menumbangkan pohon pada 5 Januari 2021.
Mitigasi Bencana
Sebagai salah satu bentuk mitigasi, Sekretaris Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Waluyo mengatakan selama ini pihaknya bekerjasama dengan aparat kecamatan hingga RT di Sepaku guna membentuk Desa Tangguh Bencana.
Desa tangguh bencana ini, kata Waluyo, berasal dari warga lokal yang senantiasa melaporkan dan melakukan tindakan mitigasi dan tindakan saat bencana terjadi.
"Kita membentuk desa tangguh bencana di kecamatan Sepaku yang melibatkan warga setempat. Selain dia melapor ke BPBD dia bertindak juga. Bentuknya relawan," ujarnya.
Waluyo mengatakan mitigasi bencana BPBD Kabupaten PPU bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah Kecamatan hingga tingkat RT.
Terkait bencana banjir yang kerap terjadi di wilayah Sepaku, Waluyo menyebut tak berada di kawasan inti atau KIPP.
"Jauh dari titik (inti) IKN, kebanyakan yang sering banjir di desa Suka Raja dan Bukit Raya," ujarnya.
Di Kelurahan Pemaluan, kata Waluyo juga terjadi banjir. Namun, sejauh ini tercatat memilki siklus hingga sepuluh tahun baru terjadi lagi banjir. Waluyo menjelaskan banjir yang terjadi di wilayah Sepaku itu umumnya karena pasang air laut yang bertepatan dengan curah hujan tinggi. Diketahui, sejumlah sungai yang mengalir melintasi Sepaku itu bermuara di Teluk Balikpapan.
"Banjir bersamaan dengan air laut naik. Tetapi banjir surut kembali. Bukan berarti rutin banjir setiap hujan, tidak," katanya.
Selain itu, sambungnya, banjir-banjir yang selama ini terjadi di Kecamatan Sepaku hanya sesaat.
"Tidak sampai berhari hari. Saya tahu betul, karena saya tinggal di kecamatan itu," ucap Waluyo.
Ia menjelaskan banjir di wilayah Sepaku lebih banyak disebabkan karena sungai yang dangkal dan berbelok belok serta menyempit. Kondisi seperti itu kemudian direspons dengan normalisasi sungai.
"Saat ini BPBD bekerjasama dengan UPTPU ada pekerjaan normalisasi sungai yang dangkal dan kaitannya dengan arah laut," ucapnya.
Salah satunya normalisasi sungai yang berlangsung di Desa Suka Raja, Sepaku, sehingga saat ini tak lagi banjir.
Berdasarkan Kecamatan Sepaku dalam Angka 2018 (BPS), di wilayah itu setidaknya melintas 18 sungai dari mulai Sungai Trunen hingga Sungai Muntayo.
Sungai juga masih menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitarnya di kecamatan Sepaku. Salah satunya untuk sumber air keperluan rumah tangga seperti yang terpantau di Kelurahan Sepaku dan Semoi.
Di sana, rumah-rumah warga masih menggunakan sungai sebagai sumber air mereka untuk keperluan mandi dan cuci. Air dari sungai itu dialirkan ke rumah atau kamar mandi mereka lewat pipa menggunakan pompa mesin.
"Untuk keperluan minum, masak, kami beli air bersih," kata Mustafa salah satu ketua kelompok tani di Kelurahan Sepaku.
sumber: CNN Indonesia