JAKARTA – Terbatasnya akses informasi dan keterlibatan perempuan dalam sosialisasi kebencanaan di tingkat desa menjadi salah satu penyebab tingginya angka korban akibat kejadian bencana. Pengetahuan yang terbatas soal mengenal gejala alam dan teknik penyelamatan diri membawa konsekuensi perempuan lebih rentan menjadi korban bencana.
Guna mensosialisasikan program Keluarga Tangguh Bencana (KATANA), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghadiri undangan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada kegiatan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana ‘Aisyiyah se- Indonesia dengan tema “Ketahanan Keluarga terhadap Perubahan Iklim dan Bencana untuk Mewujudkan Qaryah Thoyyibah” di Sofyan Hotel Cut Meutia Cikini Menteng Jakarta.
Deputi Bidang Pencegahan Dra. Prasinta Dewi, M.A.P sebagai narasumber memaparkan materi tentang Ketahanan Keluarga dalam Mengurangi Risiko Bencana. Prasinta mengatakan ketidakhadiran perempuan dalam kegiatan pendidikan bencana, sosialisasi, penyuluhan, latihan atau simulasi kebencanaan membuat pengetahuan dan keterampilan mereka terkait pencegahan dan penanggulangan bencana menjadi minim.
“Ketangguhan perempuan dapat dibentuk dengan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk memperoleh kesetaraan akses, kapabilitas, sumber daya, dan peluang yang setara. Penguatan kapasitas kelompok perempuan mutlak dilakukan, upaya penguatan kapasitas akan meminimalisir risiko bencana akibat ancaman yang dihadapi”, jelas Prasinta dalam pemaparannya, Sabtu (22/7).
Prof. Rahmawati Husein selaku Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) sekaligus Unsur Pengarah di lingkungan BNPB menyampaikan perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan peningkatan kejadian bencana merupakan ancaman terbesar dalam ketahanan masyarakat dan keluarga di Indonesia. Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim merupakan dua konsep yang terintegrasi dan sangat esensial untuk menciptakan ketahanan.
“Pengarusutamaan adaptasi perubahan lklim dan pengurangan risiko bencana di lingkungan ‘Aisyiyah perlu dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sosialisasi dan penyebarluasan informasi dan gerakan melalui Ngaji Lingkungan dan PRB”, ujar Rahmawati.
Pada kesempatan tersebut, Prasinta menjelaskan program Keluarga Tangguh Bencana (KATANA) sebagai bentuk penguatan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA). Keluarga yang telah memenuhi standar ketangguhan keluarga berupa pengetahuan, kesadaran, keterampilan yang terus dikembangkan untuk mengurangi korban jiwa pada saat terjadi bencana. Terdapat 4 hal yang dimiliki oleh Keluarga Tangguh Bencana (KATANA), antara lain:
1. Memiliki pengetahuan memadai tentang risiko bencana di keluarga dan lingkungannya.
2. Sadar akan tanggung jawabnya dalam mengelola risiko bencana.
3. Menerapkan kesadaran tersebut hingga menjadi budaya pada setiap anggota keluarga.
4. Berdaya untuk bertindak dalam mengurangi risiko bencana, mengurangi korban dan kerugian serta menularkan ketangguhan bencana ke keluarga lain.
Mengakhiri paparannya, Prasinta berharap pertemuan RAKERNAS ini bisa mewujudkan program KATANA di masing-masing pengurus wilayah dan menjadikannya sebagai program prioritas.
“Saya berharap pengurus yang hadir pada kegiatan ini bisa menjadi penyuluh KATANA dan menjadi suatu gerakan yang berkelanjutan untuk membangun ketangguhan keluarga dalam mengurangi kejadian bencana, mengantisipasi kejadian bencana, dan pulih secara optimal dari kejadian bencana”, tutup Prasinta.
Pada kesempatan yang sama, Staf Direktorat Kesiapsiagaan Tasril Mulyadi turut memberikan bekal keterampilan penyelamatan diri dan simulasi gempabumi Drop, Cover, Hold-On.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Direktur Pengurangan Sampah KLHK. Peserta kegiatan merupakan perwakilan dari 29 pengurus Tingkat Wilayah/Provinsi dengan jumlah peserta sebanyak 70 orang.
Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB