Aktivitas vulkanik Gunung Tambora (2.851 meter di atas permukaan laut) di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, cenderung menurun dalam beberapa hari ini. Namun status gunung itu masih siaga (level 3), seperti yang ditetapkan awal September lalu.
"Aktivitas kegempaannya cenderung menurun dalam beberapa hari terakhir ini," ujar Eko Bambang Sutejo, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, NTB, Selasa (20/9/2011), di Mataram.
Hasil pantauan selama lima hari belakangan terhadap gunung itu adalah gempa tremor sembilan kali, kemudian menurun jadi tiga kali, dengan amplitude masing-masing 0,5 mm-2,5 mm dan 0,5 mm-3 mm.
Kondisi itu berbeda dengan sebelumnya, 7 September lalu. Saat itu terjadi gempa 32 kali dalam rentang waktu enam jam. Hasil ini yang menjadi status gunung yang meletus dahsyat tahun 1815 itu dinaikkan, dari waspada menjadi siaga (level 3). Kondisi itu membuat area dalam radius tiga kilometer dari pusat letusan harus dikosongkan.
Dalam statusnya seperti saat ini, menurut Eko Bambang Sutejo, pengungsian tidak perlu dilakukan, warga diminta tetap tenang, dan waspada saja.
"Kalaupun ada letusan, mungkin berupa letusan freatik (letusan air bercampur gas, material bercampur aliran lumpur panas), ujar Eko.
Ia menambahkan, diturunkannya status Tambora dari siaga ke waspada, sangat tergantung dari hasil evaluasi aktivitas gunung itu beberapa hari terakhir.
Sebelumnya, Muhammadin, Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi NTB, mengatakan, warga yang tinggal di seputar sungai yang airnya berhulu dari Gunung Tambora, diimbau mengurangi aktivitasnya di sungai, guna menjaga kemungkinan terjadi banjir lahar dingin yang terbawa air hujan dari hulu.
Sedikitnya ada delapan sungai yang berhulu di Gunung Tambora, meliputi lima sungai berada di Kabupaten Dompu dan tiga sungai di Kabupaten Bima.
Suparno, petugas lapangan perkebunan kopi di Dusun Tambora, Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Bima, yang menjadi salah satu rute jalur pendakian, mengatakan, cuaca di seputar gunung itu cenderung mendung. Sejak aktivitas Tambora meningkat, belum ada pendakian ke gunung itu.
"Ada lokasi yang longsor, sehingga membayakan bagi para pendaki," ungkap Suparno.
sumber:kompas