Sejak Jumat 30 September 2011 lalu, Gunung Anak Krakatau ditetapkan pada level Siaga. Ini bukan kali pertama status itu disematkan. Namun, yang luar biasa adalah aktivitas kegempaannya yang sangat tinggi. Sampai ribuan kali.
"Gempa ini relatif mengejutkan karena sedemikian tingginya. Saya nggak pernah mengamati gunung sedemikian tingginya," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono kepada VIVAnews.com, Senin 3 oktober 2011.
Dia menambahkan, selama Minggu 2 Oktober 2011, gempa Anak Krakatau berjumlah 5.773 kali. Sementara, pada Selasa 3 Oktober, sejak pukul 00.00 sampai 18.00, ada 4.367 kali getaran.
Mbah Rono, demikian Surono akrab dipanggil, mengatakan, sebelumya tak pernah Anak Krakatau diguncang gempa sampai ribuan kali. "Paling ratusan, nggak lama kemudian meletus. Tapi gunung kan memang selalu berubah, misalnya Merapi, dulu letusannya begitu-begitu saja, tahu-tahu 2010 meletus dahsyat," tambah dia.
Surono berharap Anak Krakatau tak akan meletus. Saat ini PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak mendekati Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer. Jika Anak Krakatau meletus, apakah dampaknya sampai Jakarta? "Nggak ah, sampai sekarang tak berprasangka seperti itu," kata Surono.
Ibarat anak kecil, tambah dia, Anak Krakatau saat ini sedang nakal, sedang bandel-bandelnya. "Dia sedang rewel. Supaya jadi tinggi dan besar, dia harus sering-sering meletus," kata Surono.
Untuk diketahui, Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau Badan Antariksa AS, NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.
Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.
Induknya, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20 dengan kekuatan 13.000 kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Itu salah satu letusan gunung api paling kolosal sepanjang sejarah.
Saat itu, suara letusan Krakatau terdengar sampai Madagaskar dan Australia. Dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Soal ini, Surono meminta masyarakat tenang. "Yang meletus anaknya, bukan ibunya."
sumber: VIVAnews