YOGYAKARTA - Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi dinyatakan tak berubah, meski beberapa hari ini terjadi hujan abu. Lereng gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami hujan abu, menyusul hembusan kencang angin di kawasan puncak Gunung Merapi.
"Kemarin itu erupsi kreatik (erupsi kecil) dan bukan letusan Merapi magmatis (erupsi besar)," papar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG), Subandriyo, Minggu (18/8/2013). Dia pun menjelaskan bahwa peta KRB merupakan gambaran tingkat kerawanan bahaya awan panas dan bahaya Gunung Merapi.
Hembusan angin yang terjadi beberapa hari ini dan menyebabkan hujan abu, tambah Subandriyo, hanya peristiwa sesaat. Selama tidak terjadi letusan, kata dia, tidak akan ada perubahan terhadap kerawanan gunung tersebut. "(KRB) itu penggambaran erupsi dalam kurun waktu seratus tahun terakhir," ujar dia.
Subandriyo melanjutkan, KRB terbagi dalam tiga wilayah. KRB Satu, sebut dia, mencakup kawasan seluas 1.371 hektar yang tersebar di Kecamatan Tempel, Pakem, Ngaglik, Mlati, Depok, Ngemplak, Cangkringan, Kalasan, Prambanan, dan Berbah.
Sementara KRB Dua, mencakup wilayah seluas 3.273 hektar di Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak. Sementara, KRB Tiga seluas 4.672 hektar, meliputi Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak.
Menurut Subandriyo ancaman di KRB tak hanya dari awan panas, tetapi juga banjir lahar dingin di daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi. "Sekarang status Merapi masih normal, tenang saja," imbuh dia.
sumber: Kompas.com