Cinangka (ANTARA News) - Semenjak ditetapkan level Siaga pada tanggal 30 September 2011, Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, baru kemarin terjadi gempa tektonik sebanyak dua kali, sebelumnya yang terjadi vulkanik.
"Data seismograf di Pos Pemantau GAK di Cinangka, mencatat dua kali terjadi gempa tektonik," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S Pambudi, Selasa.
Sebelumnya, kata Anton gempa yang dikeluarkan oleh GAK adalah vulkanik, baik dalam maupun dangkal. "Kalau gempa vulkanik yang terjadi pada GAK secara menerus, dari 5. 000 dan data terakhir Senin kemarin berjumlah 7. 169 kali," katanya menambahkan.
Sementara itu warga Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Yudi mengaku tidak merasakan adanya gempa tektonik yang terjadi akibat aktifitas GAK.
"Mungkin gempa tektonik itu terjadi pada malam atau dini hari, sehingga saya tidak merasakan," kata Yudi menjelaskan.
Namun diungkapkan oleh Yudi, kegempaan GAK yang dirasakan oleh hampir seluruh warga Anyer, yang terjadi pada tahun 2010 lalu. "Kalau tahun 2010 kemarin memang, saya sangat merasakan ada getaran dan guncangan akibat kegempaan yang terjadi pada GAK," katanya.
Bahkan kata Yudi, getaran dan guncangan yang terjadi menggetarkan kaca jendela rumahnya. "Kalau tahun lalu, kaca jendela rumah saya sampai bergetar, dan getaran paling dahsyat dirumah-rumah yang ada disepanjang pesisir pantai," katanya.
Tak hanya itu saja, suara letusan yang keluar dari perut GAK sering didengarnya. "Pada saat status GAK level III tahun 2010, suara letusan GAK sangat jelas terdengar. Dan kalau sekarang saya tidak mendengar sama sekali," katanya menambahkan.(ANT)