Gunung Marapi di Sumatera Barat mengeluarkan letusan setinggi 700 meter, Selasa, 11 Oktober 2011, pukul 08.40 WIB. “Mengeluarkan awan kelabu hitam,” ujar petugas Pos Pengamat Gunung Marapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bukittinggi, Warsono.
Hujan abu jatuh di Kecamatan Simabur, Pariangan, Batusangkar, dan Salimpaung. Warga di sekitar lokasi mulai dibagikan masker.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat dan Palang Merah Indonesia (PMI) sudah memberikan 15 ribu masker kepada penduduk di radius 5 hingga 7 kilo meter dari puncak Gunung Marapi untuk mengantisipasi agar penduduk tidak terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumatera Barat Ade Edward mengatakan masih dibutuhkan sekitar 100 ribu hingga 150 ribu masker untuk dibagikan kepada 30 ribu penduduk di sekitar Gunung Marapi. Ia mengatakan sebanyak 12 kecamatan masuk dalam radius 5 hingga 7 kilometer dari puncak Marapi. Tujuh kecamatan di Kabupaten Tanahdatar dan lima kecamatan di Kabupaten Agam.
“Masker baru dibagikan tahap pertama ini diutamakan untuk warga rentan seperti orang tua, anak-anak, dan ibu hamil serta menyusui,” ujar Ade Edward, Selasa, 11 Oktober 2011.
Menurut Edward, pihaknya masih butuh donator dari dunia usaha, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau perantau asal Sumatera Barat. “Dan siapa saja yang peduli untuk mulai membantu penyediaan masker,” katanya.
Warsono mengatakan berdasarkan data letusan dan embusan aktivitas Marapi awal Oktober 2011 hingga tanggal 10 meningkat dibandingkan bulan September dan Agustus. “Pada Oktober ini setiap hari jumlah letusan fluktuatif,” ujar dia. Paling tinggi lima kali dan pada 6 Oktober sebanyak 20 kali. Meski begitu aktivitas gempa di sekitar Marapi menurun.
Status Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut itu dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) sejak 3 Agustus 2011.
Gunung Marapi termasuk gunung teraktif di Indonesia. Marapi pernah meletus dari 1807 hingga 1822. Letusan memunculkan kepulan asap hitam kelam, lelehan lava, dan kembang api merah tua.
Letusan-letusan itu menyebabkan awan abu selama setengah hari. Letusan juga terjadi 12 kali dalam kurun 1833 hingga 1888. Letusan besar terjadi pada 2 Oktober 1855 yang menimbulkan gempa dan tiang asap dari puncaknya.